dc.description.abstract | IPA merupakan gabungan teori mengenai pengetahuan, konsep, prinsip,
dan tumbuhnya sikap ilmiah melalui proses penemuan dalm kehidupan sehari-hari
secara sistematis. Pembelajaran IPA memiliki tujuan dalam membangun
keterampilan berpikir kritis, pemahaman konsep serta kecakapan ilmiah.
Keberhasilan pembelajaran IPA dipengaruhi oleh proses pembelajaran meliputi
model pembelajaran yang diterapkan, kreatifitas yang dimiliki guru, dan
pengetahuan yang mendalam tentang materi. Kurangnya penekanan reasoning
pada materi dapat mengakibatkan rendahnya keterampilan berpikir kritis.
Permasalahan tersebut terjadi karena kegiatan pembelajaran cenderung bersifat
teacher centered, dimana seluruh informasi materi IPA hanya bersumber dari
guru saja. Perlu diterapkan model pembelajaran yang terfokus pada siswa, yaitu
dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran pada
kurikulum 2013 melibatkan guru untuk menfokuskan siswa agar memiliki
kemampuan dalam mengelola masalah di kehidupan sehari-hari sehingga dapat
mendukung dan mengarahkan siswa dalam komunikasi, berpikir kritis, kolaboratif
dan kreatif dengan menerapkan salah satu pendekatan untuk mendukung beberapa
hal tersebut yaitu menggunakan STEM. Keempat aspek pendekatan STEM adalah
kesatuan yang sinkron antara masalah dunia nyata dan PBL, sehingga kedua hal
ini dapat dikolaborasikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji
pengaruh model PBL berbasis STEM terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu quasi experiment dengan desain
nonequivalent (pretest-posttest) control group. Penelitian dilaksanakan di SMP
Negeri 7 Jember pada semester ganjil Tahun Ajaran 2021/2022. Populasi penelitian ini yaitu seluruh kelas VII, dengan penentuan sampel menggunakan
teknik cluster random sampling yang diperoleh kelas VII A sebagai kelas kontrol
dengan perlakuan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah dan
kelas VII B sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model
PBL berbasis STEM. Teknik dan instrumen pengambilan data menggunakan tes,
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data untuk menjawab
rumusan masalah dengan menggunakan analisis rata-rata dan uji independent
sample t-test erbantu SPSS.
Data hasil indikator keterampilan berpikir kritis siswa diukur dengan
menggunakan soal pretest dan posttest yang mengacu pada indikator menurut
Facion, yaitu (1) Interpretasi, dengan persetase 87% yaitu siswa mampu
menjelaskan kembali masalah tentang situasi, pengalaman, dan sebagainya, (2)
Analisis, dengan persentase 61% yaitu siswa belum mampu menganalisis
persepsi, fakta dari suatu pernyataan ataupun masalah, (3) inferensi, dengan
persentase 72% dimana siswa mampu dalam mengidentifikasi dan memperoleh
bagian-bagian yang diperlukan dalam mengambil kesimpulan yang logis, (4)
evaluasi dengan persentase 74% yang menunjukkan siswa dalam menilai sebuah
pernyataan dengan tepat dan mampu untuk menentukan hasil pertimbangan, (5)
eksplanasi dengan persentase skor 75% yang artinya siswa mampu dalam
menyatakan hasil pemikirannya berdasarkan bukti dan konsep, dan (6) regulasi
diri dengan persentase skor 77%, dimana siswa dapat menuliskan kesesuaian
antara fakta dan teori mengenai permasalahan yang diberikan.
Nilai pretest di kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing
diperoleh nilai rata-rata sebesar 45,21 dan 43,96 yang menunjukkan kemampuan
awal siswa sama,sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar 59,78 dan 71,46 yang
menunjukkan adanya peningkatan. Maka dapat kesimpulan bahwa penggunaan
model Problem Based Learning (PBL) berbasis Science Technology Engineering
and Mathematics (STEM) berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir
kritis siswa SMP. | en_US |
dc.description.sponsorship | Dosen Pembimbing Utama : Pramudya Dwi Aristya Putra, S.Pd., M.Pd., Ph.D.
Dosen Pembimbing Anggota : Rusdianto, S.Pd., M.Kes. | en_US |