Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/97409
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorIzzah, Latifatul-
dc.contributor.authorSulistiyono, Singgih Tri-
dc.contributor.authorRochwulaningsih, Yety-
dc.date.accessioned2020-03-26T08:09:42Z-
dc.date.available2020-03-26T08:09:42Z-
dc.date.issued2019-06-01-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/97409-
dc.descriptionArtikel termuat dalam Prosiding TEORI KRITIS DAN METODOLOGI: Dinamika Bahasa, Sastra, dan Budaya (Halaman 761-779)en_US
dc.description.abstractSejak Kabupaten Bondowoso menjadi bagian dari Karesidenan Besuki sudah menjadi ketertarikan tersendiri bagi para penguasa kolonial untuk mengeksploitasinya. Berawal dari Herman Willem Daendels (1808-1811) yang menggadaikan Karesidenan Besuki pada Borjuis Cina sampai pada ketertarikan para investor Eropa (Belanda dan Inggris) pada tahun 1897 untuk menanamkan investasinya di wilayah Bondowoso. Regulasi pemerintah, kesuburan wilayah Bondowoso, tersedianya tenaga kerja yang cukup dan murah, sarana dan prasarana berupa pelabuhan besar seperti Panarukan menjadi magnet bagi para investor Eropa untuk mendapatkan hak erfpacht (hak sewa). Periode dalam penelitian ini diawali tahun 18971930. Pada tahun ini Hindia Belanda mengalami apa yang disebut “economic boom”. Penelitian ini dibedah dengan menggunakan pendekatan Ekonomi Politik yang dipadukan dengan Metode Sejarah. Hasil riset membuktikan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan para investor Eropa tertarik menyewa lahan di Bondowoso. Pertama, adanya kekuatan hukum bagi para investor sebagai penyewa lahan. Kedua, lahannya sangat cocok untuk perkebunan kopi dan tembakau yang menjadi komoditi primadona di wilayah Eropa pada saat itu. Ketiga, tersedianya tenaga kerja yang murah. Mereka datang dari wilayah Madura dan Sapudi yang masuk ke wilayah Bondowoso melalui Pelabuhan Panarukan. Pengelola transportasi laut tersebut adalah Perusahaan Pelayaran “Bodemeijer”, yang menyelenggarakan pelayaran setiap hari dari Sumenep-Panarukan. Keempat, adanya fasilitas berupa pelabuhan besar seperti Pelabuhan Panarukan yang tidak jauh dari Bondowoso sebagai sarana untuk membawa produksi perkebunan mereka ke wilayah Eropa.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherYogyakarta: Kepel Pressen_US
dc.subjectBondowosoen_US
dc.subjectinvestor Eropaen_US
dc.subjectkopien_US
dc.subjecttembakauen_US
dc.titleBondowoso: Ladang Emas Bagi Para Investor Eropa Tahun 1897-1930en_US
dc.typeArticleen_US
dc.identifier.nidnNIDN0010066611-
Appears in Collections:LSP-Conference Proceeding

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
F. IB_Prosiding_Latifatul Izzah_BONDOWOSO LADANG EMAS BAGI PARA.pdf2.06 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.