Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/93806
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | SUKIDIN | - |
dc.contributor.advisor | PUDJO, Suharso | - |
dc.contributor.author | SUCI, Ristianingsih | - |
dc.date.accessioned | 2019-11-03T04:46:37Z | - |
dc.date.available | 2019-11-03T04:46:37Z | - |
dc.date.issued | 2018-07-01 | - |
dc.identifier.nim | NIM140210301086 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id//handle/123456789/93806 | - |
dc.description.abstract | Tanaman hortikultura meliputi tanaman buah-buahan (fruits), sayur-sayuran (vegetables), tanaman berkhasiat obat (medical palants) dan tanaman hias (ornamental plants) termasuk didalamnya tanaman air. Masalah yang penting dari komoditas hortikultura adalah sifat bahannya yang cepat mengalami pembusukan, padahal produk hortikultura bernilai sangat tinggi pada kondisi segar. Desa Kebondalem merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Bangorejo. Masyarakat petani di Desa Kebondalem sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani jeruk. Mayoritas petani jeruk Desa Kebondalem memiliki lahan garapan jeruk kurang dari 2 hektar. Kondisi ini menyebabkan petani jeruk kesulitan dalam mengelola tanaman jeruk sendiri. Petani jeruk Desa Kebondalem yang tidak mampu mengelola lahan pertanian jeruknya sendiri melakukan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil dilakukan untuk meringankan beban pemilik tanah. Adanya sistem bagi hasil membantu petani pemilik dalam mengelola tanaman jeruk dan masih ikut andil dalam pembagian hasil panen jeruk tersebut. Perumusan masalah yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah sistem bagi hasil tanaman jeruk di Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi dan hubungan sosial petani pemilik dan penggarap pada sistem bagi hasil tanaman jeruk Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui sistem bagi hasil tanaman jeruk di Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi dan Untuk menjelaskan hubungan sosial petani pemilik dan petani penggarap dalam sistem bagi hasil tanaman jeruk di Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Adapun tempat penelitian dilakukan di Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Informan utama dalam penelitian ini terdiri dari 2 sasaran yaitu petani jeruk pemilik tanah yang membagi hasilkan tanahnya sebanyak 5 orang dan petani penggarap yang melakukan bagi hasil dengan petani pemilik sebanyak 4 orang. Informan tambahan dalam penelitian ini yaitu Informan tambahan dalam penelitian ini yaitu tetangga dan masyarakat sekitar yang tidak melakukan bagi hasil tanaman jeruk sebanyak 2 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi partisipasi, wawancara mendalam, dokumen dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles and Huberman dalam Usman dan Purnomo (2009:85-88) yaitu Data Reduction (Reduksi Data), Data Display (Penyajian Data), dan Conclusion Drawing/ Verification. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa masyarakat Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo dalam memenuhi kebutuhannya kebanyakan bekerja sebagai petani. Namun tidak semua petani memiliki lahan sendiri untuk dikelola, sehingga banyak masyarakat Desa Kebondalem melakukan sistem bagi hasil. Bagi hasil yang dilakukan masyarakat Desa Kebondalem adalah bagi hasil tanaman jeruk. Tanaman jeruk dibagi hasilkan dengan sistem maro dan mertelu. Masyarakat petani jeruk lebih memilih kedua sistem tersebut karena dianggap lebih ringan. Sejalan dengan yang diungkapkan Wulandari & Auliyah (2017: 3) bahwa akad bagi hasil merupakan suatu perjanjian yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pedesaan yang bekerja sebagai petani. Namun perjanjian bagi hasil disetiap daerah di Indonesia berbeda nama dan pengaturannya. Pendapat tersebut sesuai dengan yang ada pada Desa Kebondalem bahwa perjanjian yang dibuat oleh petani pemilik dengan petani penggarap sudah ada dari dulu dan aturan yang dipakai sama saja. Petani jeruk lebih memilih menggunakan maro yang hasil dibagi dua dan menggunakan mertelu yang petani pemilik mendapat 1/3 sedangkan petani penggarap mendapatkan 2/3. Sistem bagi hasil dalam pertanian tanaman jeruk ini bertujuan untuk menunjukkan rasa solidaritas antar petani yaitu saling membantu satu sama lain dan menunjukkan bahwa manusia tidak bisa untuk hidup menyendiri, namun selalu membutuhkan orang lain dalam segala aspek. Karena setiap orang tidak bisa hidup sendiri, maka seharusnya sebagai makhluk sosial perlu adanya saling memberi petolongan kepada orang yang membutuhkan. Saling tolong menolong merupakan kodrat setiap manusia seperti orang yang kaya perlu untuk memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan. | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.relation.ispartofseries | 140210301086; | - |
dc.subject | Tanaman hortikultura | en_US |
dc.subject | Tanaman buah-buahan (fruits) | en_US |
dc.subject | Sayur-sayuran (vegetables) | en_US |
dc.subject | Tanaman berkhasiat obat (medical palants) | en_US |
dc.subject | Tanaman hias (ornamental plants) | en_US |
dc.subject | Tanaman air | en_US |
dc.title | Sistem Bagi Hasil Tanaman Jeruk Desa Kebondalem Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Teacher Training and Education |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
SUCI RISTIANINGSIH-140210301086-.pdf | 2.15 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools