Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/89076
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorIzzah, Latifatul-
dc.contributor.authorSuharto, Suharto-
dc.contributor.authorAfiah, Neneng-
dc.date.accessioned2018-12-18T04:29:21Z-
dc.date.available2018-12-18T04:29:21Z-
dc.date.issued2018-12-18-
dc.identifier.isbn978-602-258-507-4-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/89076-
dc.descriptionProsiding Sastra dan Perkembangan Mediaen_US
dc.description.abstractBondowoso adalah sebuah wilayah yang unik dan menarik untuk dikaji, aset alam dan sumberdaya manusianya mempunyai karakteristik yang unik. Kolaborasi antar etnik yang ada di dalamnya, melahirkan perpaduan budaya yang harmoni. Hidup berdampingan atas support dan proteksi penguasa Bondowoso. Berawal dari era Bupati pertama Bondowoso Raden Bagoes Assra sampai era masuknya para partikelir pada masa kolonial. Penelitian ini dibedah dengan menggunakan Teori Challenge and Response karya Arnold Joseph Toynbee dan diformulasikan dengan Metode Sejarah. Arnold Joseph Toynbee berpendapat bahwa budaya bisa muncul karena tantangan dan respon antara manusia dan alam sekitarnya. Pertumbuhan dan perkembangan suatu kejadian dikembangkan oleh sebagian kecil dari pihak pihak kebudayaan itu. Metode Sejarah digunakan untuk menggambarkan dukungan dari penguasa terhadap munculnya budaya dalam masyarakatnya. Penelitian ini didasarkan atas dua kelompok data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari manuskrip yang sezaman, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari berbagai tempat dan meliputi karya-karya terpublikasi, hasil penelitian, dan laporan-laporan pemerintah terkait dengan permasalahan yang diteliti. Populasi yang dijadikan fokus adalah masyarakat Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa migrasi orang-orang Madura dan Jawa ke wilayah Bondowoso untuk mendapatkan pekerjaan, serta banyaknya etnis Cina yang menguasai perekonomian dan pemerintahan melahirkan budaya budaya yang saling melengkapi. Munculnya budaya kerapan sapi, aduan sapi dan budaya Jawa serta hidupnya budaya Cina terus dipelihara dan diproteksi para penguasanya. Intensitas hiburan tersebut disuguhkan baik oleh Bupati Bondowoso Raden Bagoes Assra maupun pada era berikutnya yaitu para partikelir Belanda maupun Inggris yang menyewa lahan lahan di Bondowoso.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectBondowosoen_US
dc.subjectbudayaen_US
dc.subjectorang-orang Maduraen_US
dc.subjectJawaen_US
dc.subjectEtnis Cinaen_US
dc.titlePuncak Keemasan Budaya Masyarakat Bondowoso Era Raden Bagoes Assra Sampai Era Kolonialen_US
dc.typeProsidingen_US
Appears in Collections:LSP-Conference Proceeding

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
F. IB_Prosiding_Latifatul Izzah_Puncak Keemasan Budaya.pdf6.9 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.