Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/83248
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Suhartini, Elly | - |
dc.contributor.author | Kurniawan, Alfi | - |
dc.date.accessioned | 2017-11-15T08:18:19Z | - |
dc.date.available | 2017-11-15T08:18:19Z | - |
dc.date.issued | 2017-11-15 | - |
dc.identifier.nim | 130910302046 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/83248 | - |
dc.description.abstract | Penelitian ini membahas mengenai nilai pendidikan anak pada keluarga petani. Bertujuan untuk memahami dan mendiskripsikan, nilai pendidikan putra putri dari orang tua yang berprofesi sebagai petani. Kesadaran orang tua mengenai pentingnya pendidikan. Selain itu kesadaran mereka akan ketertinggalan baik dari segi ekonomi dan sosial. Nilai serta pemahaman orang tua era dahulu dan era saat ini di Desa Kabuaran, Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso terdapat perbedaan pemaknaan. Dimana dalam penelitian ini terungkap bahwa nilai pendidikan formal bagi keluarga petani era saat ini menjadi penting dan sangat kompleks, karena adanya beberapa faktor utamanya faktor internal yaitu pengalaman pribadi orangtua dulu dan keadaan status sosial ekonomi mereka yang stagnan. Orang tua dulu cenderung mengutamakan pendidikan agama dibandingkan pendidikan formal. Keadaan desa saat ini cedderung menghitung untung rugi. Data faktual tersebut dianalisa menggunakan analisis triangulasi data, atas fenomena yang terjadi perbedaan cara pandang atau nilai. Hal tersebut terlihat dari bagaimana orang tua dulu membuat semacam selogan. “tak usah asakolah gi tenggi, guru la benyak”, artinya tidak usah sekolah tinggi-tinggi karena yang berprofesi sebagai guru sudah banyak. Hal tersebut merupakan bentuk kata yang dimunculkan dari bagaimana pemikiran yang terkonstruk dalam benak orang tua dulu, bahwa pendidikan tinggi atau pendidikan formal hanya untuk orang yang berduit, dan orang-orang berilmu untuk berprofesi sebagai guru. Selogan tersebut secara tidak langsung terealisasi dalam kehidupan masyarakat Desa Kabuaran dulu. Berbeda dengan orang tua yang berprofesi sebagai petani di Desa Kabuaran saat ini, yang memiliki orientasi atau mindset nilai ekonomi untung rugi atas profesi yang disandangnya. Informan tersebut terdiri dari 7 orang informan pokok dan 3 orang informan tambahan. Informan tersebut berasal dari latar belakang petani pemilik lahan sebanyak 3 orang, petani penggarap 1 orang, buruh tani 2 orang, dan perangkat desa 4 orang. Fenomena perubahan orientasi dalam menentukan arah pendidikan anak pada keluarga petani di Desa Kabuaran ini, dipicu dari bergesernya pandangan orang tua era dulu dan orang tua era sekarang mengenai nilai pendidikan, dan profesi sebagai petani. Petani era sekarang melihat bahwa pendidikan formal memiliki nilai ekonomi, sosial, budaya, dan religiusitas agama menyayangkan apabila putra-putrinya tidak dapat mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti masa orang tuanya dulu yang tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Orang tua yang berprofesi sebagai petani di Desa Kabuaran berharap bahwa anaknya akan lebih sukses dari orang tuanya yang berprofesi sebagai petani, dimana orang tua mengkonstruksikan bahwa profesi sebagai petani melelahkan, dan membutuhkan tenaga yang banyak untuk mengerjakan lahan sawah di sawah mereka. Dari fenomena tersebut terlihat bahwa orang tua yang berprofesi sebagai petani mengalami tuntutan situasional. Dalam Fungsionalisme Struktural Merton dalam Ritzer (2014: 131-137), Merton sangat mengkritisi pendahulunya Parson. Dia berpendapat bahwa tidak semua struktur diperlukan dalam berfungsinya sebuah sistem sosial. Hal tersebut disesuaikan dengan perkembangan jaman yang perubahannya sangat dinamis. Bahwa situasi baru dalam perkembangan zaman dapat membatasi individu dalam menentukan jalan hidupnya kedepan. Baik itu peningkatan taraf hidup maupun peningkatan karir pendidikan yang lebih luas. Tuntutan perubahan situasional tersebut secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana orientasi dalam menentukan arah pendidikan putra-putri petani di Desa Kabuaran. Hal tersebut memicu para petani pemilik lahan, petani penggarap maupun buruh tani memiliki pandangan baru atas pandangan nilai pendidikan dan makna profesi sebagai petani. Adapun faktor internal seperti pengalaman hidup orang tua saat ini yang dulunya tidak dapat menikmati pendidikan, dan faktor eksternal yang berperan dalam perubahan orientasi orang tua dalam menentukan arah pendidikan anak yaitu pemerintah, melalui kartu Indonesia pintar (KIP) juga menjadi salah satu faktor meningkatnya angka masyarakat Desa Kabuaran yang mengenyam pendidikan minimal hingga SMA. Faktor eksternal lainnya seperti aksessibilitas infrastruktur menuju tempat pendidikan di Desa Kabuaran sudah memadai hingga tingkat SMP, untuk melanjutkan ke SMA atau SMK pun masyarakat Desa Kabuaran banyak menyekolahkan putra putrinya di daerah Kecamatan Grujugan yang hanya butuh waktu 10 sampai 15 menit berjalan kaki dari Desa Kabuaran. Perubahan atau pergeseran makna atau nilai pendidikan, menjadi alasan mengapa orang tua era modern ini bersemangat mendukung putra-putri mereka menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pada lembaga formal dari pada pendidikan dasar dan pendidikan agama. Para orang tua tidak ingin kelak anaknya merasakan jerih payah yang sama seperti yang mereka rasakan dalam lapangan pekerjaan di sektor pertanian, yang menurut mereka sangat menguras tenaga. Munculnya profesi alternatif yang mereka adaptasi dari kota sehingga masyarakat Desa Kabuaran akhirnya melakukan tolak ukur dari latar belakang pendidikan terhadap pekerjaan yang akan mereka sandang di kemudian hari. Dari fenomena tersebut akan muncul profesi baru yang akan disandang putra putri mereka di lingkungan yang mayoritas petani, dan munculnya profesi baru di tengah masyarakat Desa Kabuaran yang lebih di segani seperti perangkat desa, pegawai bank, dosen, polisi dan lain sebagainya. Dari fenomena tersebut dapat dilihat secara dominan bahwa pendidikan formal memiliki nilai ekonomi, sosial, dan agama. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.subject | NILAI PENDIDIKAN ANAK | en_US |
dc.subject | KELUARGA PETANI | en_US |
dc.title | NILAI PENDIDIKAN ANAK PADA KELUARGA PETANI DESA KABUARAN KABUPATEN BONDOWOSO | en_US |
dc.type | Undergraduat Thesis | en_US |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Social and Political Sciences |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Alfi Kurniawan - 130910302046_1.pdf | 2.14 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools