Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/81472
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSUPARTINI, V-
dc.contributor.advisorHARTADI-
dc.contributor.authorWIDIASTUTI, Asri Maria-
dc.date.accessioned2017-08-25T07:15:41Z-
dc.date.available2017-08-25T07:15:41Z-
dc.date.issued2017-08-25-
dc.identifier.nimNIM971510401147-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/81472-
dc.description.abstractSaat ini perbanyakan anggrek secara vegetatif banyak dilakukan oleh penggemar anggrek. Tujuan memperbanyak tanaman anggrek secara vegetatif adalah untuk mendapatkan tanaman anggrek yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya Perbanyakan anggrek juga dapat dilakukan dengan cara generatif selain dilakukan dengan cara vegetatif Cara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji/benih dari tanaman. Pembiakan tanaman anggrek secara generatif saat ini banyak dilakukan dengan cara pembibitan dalam botol . Pembiakan anggrek dalam botol dengan menggunakan biji dari hasil persilangan seringkali menampakkan adanya kontaminasi oleh spora dari jamur Spesies Penicillium merupakan jamur yang paling banyak menyerang bibit anggrek pada kondisi di bawah normal. Jika kontaminasi oleh jamur ini sangat besar biji tidak akan bisa tumbuh dan perkembangan anggrek dapat terhambat oleh toksin yang dihasilkan oleh jamur tersebut. Identifikasi jamur yang menyebabkan penyakit pada tanaman anggrek dtperlukan dua macam informasi Informasi pertama yaitu informasi makroskopis yang mencakup gejala-gejala yang timbul pada tanaman inang dan pertumbuhan miselium serta tubuh buah yang dapat diamati dengan mata atau dengan bantuan lensa tangan. Informasi kedua yaitu informasi mikroskopis untuk menentukan sifat-sifat khas tanaman (diagnostik) yang dapat mencirikan jenis jamur dengan menggunakan berbagai mikroskop dan perbesaran. Uji sterilisasi sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya konraminasi. sterilisasi yang biasa dilakukan adalah dengan flarmering dan penggunaan desinfektan Flamering dilakukan dalam tiga taraf yaitu 2x1 menu. 2x2 menit dan 2x3 menit, sedangkan desinfektan yang digunakun adalah H2O2. NaCIO Etil Alkohol 62% dan Irgasan DP 300. Perlakuan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun berdasarkan pola faktorial 4x5 terdiri dari dua faktor perlakuan dengan tiga ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan flamering, penggunaan desinfektan dan kombinasi kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh terhadap timbulnya kontaminasi pada pembibitan anggrek Kombinasi perlakuan menunjukkan ada 12 bolol yang terkontaminasi, kontaminasi tersebut disebabkan oleh bakteri dan jamur. Perlakuan tersebut dianalisa dengan menggunakan sidik ragam dan menunjukkan hasil berbeda tidak nyata. Jenis jamur yang mengkontaminasi pembibitan anggrek ada 3 jenis yaitu jamur Aspergillius sp, Penieillium sp dan Fusarium sp. Jamur yang paling hanyak mengkontaminasi pembibitan anggrek adalah jamur Aspergillus hal ini dapat disebabkan jamur Aspergillus sp banyak tersebar di udara dan mempunyai daya adaptif yang tinggi. Jumlah koloni dan variasi jenis jamur kontaminan yang tumbuh pada media FDA memiliki perbedaan, hal ini disebabkan adanya spesifikasi masing-masing jenis jamur itu sendiri yang lebih adaptif terhadap lingkungan sekitar.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries971510401147;-
dc.subjectPERTUMBUHAN JAMUR KONTAMINANen_US
dc.subjectTRANSPLANTASI BIBIT ANGGREKen_US
dc.titlePENGARUH FLAMERING DAN DESINFEKTAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR KONTAMINAN PADA TRANSPLANTASI BIBIT ANGGREK (Orchtdaceae)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Asri Maria Widiastuti 971510401147_.pdf2.16 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools