Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/80371
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorNurahmanto, Dwi-
dc.contributor.advisorAgustian R, Viddy-
dc.contributor.authorAzis, Rani Firda Nur Imaniah-
dc.date.accessioned2017-07-19T02:28:33Z-
dc.date.available2017-07-19T02:28:33Z-
dc.date.issued2017-07-19-
dc.identifier.nimNIM122210101066-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80371-
dc.description.abstractIbuprofen merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang mekanisme penghambatannya secara non selektif terhadap COX-1 (siklooksigenase-1) dan COX-2 (siklooksigenase-2) (Bushra dan Aslam, 2010). Ibuprofen digunakan dalam jangka panjang untuk terapi rematik dan kondisi muskuloskeletal lainnya (Rainford, 2009). Penggunaan ibuprofen dalam waktu yang panjang dapat memicu pendarahan pada lambung serta meningkatkan risiko ulserasi di usus (Bushra dan Aslam, 2010). Efek samping yang ditimbulkan pada sediaan ibuprofen secara peroral dapat dihindari dengan membuat sediaan dengan sistem penghantaran transdermal. Salah satu bentuk sediaan transdermal adalah gel. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh sediaan gel diantaranya seperti penyebaran yang baik pada kulit, adanya penguapan lambat dari kulit sehingga menimbulkan efek dingin, mudah dalam pencucian dengan air, serta pelepasan obat yang baik (Voight, 1995). Ibuprofen merupakan obat golongan Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II. Permasalahan utama pada BCS kelas II pada saat formulasi sediaan gel yaitu sulit untuk larut dalam air (Sweetman et al., 2009). Metode yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan ibuprofen dalam penelitian ini yaitu dengan membuat dispersi padat ibuprofen-PEG 6000 dengan perbandingan 1 : 1,5 menggunakan metode peleburan (Erizal dan Salman, 2007). Pemilihan gelling agent dan penetration enhancer pada sediaan gel sangat berpengaruh terhadap organoleptis sediaan dan kemampuan bahan aktif untuk dapat terpenetrasi ke dalam kulit. Gelling agent yang digunakan adalah HPMC sedangkan Gliserin dipilih sebagai penetration enhancer (Rasool et al., 2010). Penelitian ini dilakukan untuk menentukan formula optimum kombinasi gliserin viii dan HPMC yang dapat memberikan laju penetrasi yang maksimum secara in vitro dan rentang viskositas antara 100-300 dPa.s. Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi uji organoleptis, pH, daya sebar, viskositas dan laju penetrasi. Viskositas dan laju penetrasi dipiih sebagai respon pada analisis menggunakan software Design Expert versi 10.0.3 trial. Hasil pengujian viskositas menunjukkan bahwa FA>FAB>F1>FB dengan nilai viskositas berturut-turut 303,33 dPa.s, 255,00 dPa.s, 206,67 dPa.s, dan 181,67 dPa.s. Hasil pengujian laju penetrasi menunjukkan bahwa fluks FB>F1>FAB>FB dengan nilai fluks berturut turut 1,403 μg/cm2.menit, 1,001 μg/cm2.menit, 0,892 μg/cm2.menit, dan 0,756 μg/cm2.menit. Hasil analisis menggunakan software Design Expert versi 10.0.3 trial diperoleh 5 solusi dengan formula terpilih FB sebagai formula optimum karena fluks laju penetrasi yang dihasilkan paling besar dan viskositasnya memenuhi rentang yang diinginkan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries122210101066;-
dc.subjectIbuprofenen_US
dc.subjectGel Dispersien_US
dc.titleOptimasi Hidroksi Propil Metil Selulosa dan Gliserin pada Sediaan Gel Dispersi Padat Ibuprofen – Polietilen Glikolen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Pharmacy

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Rani Firda Nur Imaniah Azis.pdf3.6 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools