Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/80258
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Nurahmanto, Dwi | - |
dc.contributor.advisor | Agustian R, Viddy | - |
dc.contributor.author | Qisti, Baiq Wahyudyati Karnia | - |
dc.date.accessioned | 2017-07-04T03:21:37Z | - |
dc.date.available | 2017-07-04T03:21:37Z | - |
dc.date.issued | 2017-07-04 | - |
dc.identifier.nim | NIM122210101114 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80258 | - |
dc.description.abstract | Ibuprofen adalah obat turunan asam propionat dengan aktivitas anti inflamasi, analgesik, dan antipiretik. Secara umum AINS memiliki mekanisme aksi dengan menghambat sintesis asam arakidonat menjadi prostaglandin melalui enzim ciklooksigenase (COX) (Morse et al., 2006). Apabila diminum secara oral, NSAID memiliki beberapa efek samping yang yaitu gangguan saluran gastrointestinal diantaranya ulserasi dan hemoragi, toksisitas renal, inhibisi pembentukan platelet sehingga dapat menimbulkan kelainan koagulasi (Moreno et al., 2009), tetapi ibuprofen memiliki efek samping lebih kecil dibandingkan dengan obat antiinflamasi non steroid lainnya (BNF, 2009). Maka dari itu, pengembangan bentuk sediaan topikal perlu dilakukan untuk menghindari efek samping yang mungkin terjadi dengan penggunaan obat peroral. Salah satu sediaan topikal yang paling banyak digunakan adalah gel. Gel didefinisikan sebagai sistem semi padat dimana pergerakan media pendispersi dibatasi oleh sebuah ikatan kuat dari partikel atau makromolekul terlarut pada fase terdispersi (Rathod dan Mehta, 2015). Secara umum sediaan semi padat memiliki keuntungan yaitu first-pass metabolism dapat dihindari dan dosis pemberiannya tidak terlalu sering (Hamman et al., 2011). Ibuprofen merupakan obat yang tergolong dalam BCS II (Biopharaceutics Classification Class II) dimana obat tersebut kelarutannya rendah tetapi memiliki permeabilitas membran yang baik (Alvarez et al., 2011). Dispersi padat dapat digunakan sebagai teknik untuk meningkatkan kelarutan bahan yang memiliki kelarutan rendah seperti ibuprofen. Beberapa polimer seperti polivinilpirolidon (PVP), HPMC, etilselulosa, dan propiletilen glikol (PEG) adalah polimer yang paling sering digunakan untuk sistem ini (Dabbagh dan Taghipour, 2007). Menurut penelitian milik Dabbagh dan Taghipour pada tahun 2007, perbandingan ix ibuprofen : PEG 6000 yang menunjukkan hasil karakter fisika kimia dan kelarutan terbaik adalah 1:1,5. Selain faktor kelarutan yang mempengaruhi laju penetrasi sebuah obat, kemampuan obat untuk menembus kulit (stratum corneum) juga sangat mempengaruhi. Stratum corneum adalah lapisan kulit paling luar yang berfungsi sebagai barrier utama terhadap semua zat yang kontak langsung dengan kulit. Propilen glikol dan etanol tergolong dalam alkohol yang dapat berfungsi sebagai pembawa, pelarut, dan bahkan peningkat penetrasi bahan obat ke dalam kulit (stratum corneum) pada sediaan transdermal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi propilen glikol dan etanol terhadap laju penetrasi ibuprofen dalam sediaan gel dispersi padat ibuprofen : PEG 6000 dengan basis gel karbopol secara in vitro dan mengoptimasi komposisi propilen glikol dan etanol agar didapatkan formula optimum dengan nilai fluks maksimum menggunakan metode simplex lattice design. Berdasarkan hasil orientasi dan studi pustaka yang telah dilakukan, maka dibuat formula berdasarkan metode simplex lattice design yaitu F1: propilen glikol 30% dan etanol 0%; F2: propilen glikol 15% dan etanol 15%; dan F3: propilen glikol 0% dan etanol 30%. Pengujian terhadap gel meliputi evaluasi sediaan yaitu pegujian organoleptis, pengujian pH, pengujian daya sebar, pengujian viskositas, pengujian kadar bahan aktif dalam sediaan, pengujian laju penetrasi, dan penentuan formula optimum dengan design expert trial versi 10. Berdasarkan evaluasi sediaan yang telah dilakukan seluruh formula telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan setelah dilakukan analisis data dengan SPSS 17.0 dinyatakan bahwa adanya perbedaan pada tiap formula. Hasil pengujian laju penetrasi dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penetrasi gel F2 > F1 > F3 dengan nilai fluks masing masing 1,945 μg/cm2.menit; 1,508 μg/cm2.menit; dan 1,165 μg/cm2.menit. Komposisi optimum campuran propilen glikol dan etanol yang dapat meningkatkan laju penetrasi ibuprofen paling baik menurut metode simplex lattice design dari software design expert trial versi 10.0.0 adalah 18,000% propilen glikol dan 12,000% etanol dengan fluks 2,043 μg/cm2 dan desirability 1. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.relation.ispartofseries | 122210101114; | - |
dc.subject | Propilen Glikol | en_US |
dc.subject | Ibuprofen | en_US |
dc.title | Optimasi Propilen Glikol Dan Etanol Sebagai Peningkat Penetrasi Ibuprofen Dalam Sediaan Gel Dengan Metode Simplex Lattice Design | en_US |
dc.type | Undergraduat Thesis | en_US |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Pharmacy |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Baiq Wahyudyati Karnia Qisti - 122210101114.pdf | 1.99 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools