Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/71118
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Sunarti | - |
dc.contributor.advisor | Kartika, Bambang Aris | - |
dc.contributor.author | Sugiyanti, Dewi | - |
dc.date.accessioned | 2016-01-13T01:24:14Z | - |
dc.date.available | 2016-01-13T01:24:14Z | - |
dc.date.issued | 2016-01-13 | - |
dc.identifier.nim | 110110201058 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/71118 | - |
dc.description.abstract | Novel Gadis Pantai dan Pengakuan Pariyem secara garis besar menggambarkan kehidupan seorang wanita Jawa. Gambaran tersebut jelas digambarkan dalam kedua novel tersebut melalui alur ceritanya. Novel Gadis Pantai dan novel Pengakuan Pariyem keduanya menggambarkan seorang wanita Jawa yang mempunyai nasib berbeda. Hal tersebut terlihat dari penyajian struktural yang terdiri atas tema, tokok, alur dan latar yang saling berkaitan satu sama lain. Penulis mempunyai dua tujuan yaitu mendeskripsikan analisis struktural novel Gadis Pantai dan novel Pengakuan Pariyem dan analisis intertekstual novel Gadis Pantai dan novel Pengakuan Pariyem. Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis dari kedua novel tersebut yaitu metode kualitatif. Menurut Sugiono (2009:15), metode kualitatif adalah metode penelitain yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime digunakan untuk penelitian pada kondisi objek yang alamiah (seabagi lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambil sampel sumber dan data dilakukan dengan triangulasi atau gabungan analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil kualitatif menekankan pada makna daripda generalisasi. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan pendekatan deskriptif yaitu mendskripsikan suatu data-data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis struktural dan hubungan analisis intertekstual. Pendekatan struktual terdiri atas tema, tokoh, alur dan tokoh. Sedangkan hubungan intertekstual dari kedua novel tersebut yaitu saling berkaitan dan terdapat perbedaan satu sama lain. Tema dari novel Gadis Pantai dan Pengakuan Pariyem adalah menggambarkan wanita yang patuh terhadap seseorang yang dihormatinya. Dalam novel Gadis Pantai, tokoh utamanya adalah Gadis Pantai, sedangkan tokoh utama dalam novel Pengakuan Pariyem adalah Pariyem. Hal ini dikarenakan Gadis Pantai dan Pariyem kemunculannya dari awal hingga akhir cerita. Gadis Pantai dan Pariyem sama-sama tokoh yang sering mengalami konflik. Novel Gadis Pantai dan Pengakuan Pariyem memiliki alur yang runtut. Tahap eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Tahap eksposisi dalam novel Gadis Pantai dimulai dari awal penceritaan hingga tokoh mbok diganti oleh tokoh Mardinah. Tahap komplikasi dimulai sejak Mardinah datang hingga Gadis Pantai diusir oleh Bendoro dari rumahnya. Tahap resolusi dalam novel Gadis Pantaiadalah Gadis Pantai memilih ke Blora untuk mencari mbok daripada kembali ke kampung nelayan. Tahap eksposisi dalam novel Pengakuan Pariyem yaitu sejak awal penceritaan hingga Pariyem hamil. Tahap komplikasi terjadi ketika keluarga Kanjeng Cokro Sentono mengatahui bahwa Pariyem hamil dan mengadakan sidang untuk mengambil keputusan atas kehamilan Pariyem. Tahap resolusi dalam novel Pengakuan Pariyem adalah keluarga Kanjeng Cokro Sentono menerima Pariyem dan anaknya menjadi kelurga Kanjeng Cokro Sentono. Latar yang digunakan dalam novel Gadis Pantai dan Pengakuan Pariyem meliputi latar tempat, lingkungan kehidupan, sistem kehidupan, alat, dan waktu. Latar tempat yang terdapat dalam novel Gadis Pantai adalah rumah Bendoro dan Kampung Nelayan, sedangkan latar tempat yang terdapat dalam novel Pengakuan Pariyem adalah rumah Kanjeng Cokro Sentono. Lingkungan kehidupan Gadis Pantai mengarah pada rumah Bendoro dan Kampung Nelayan, sedangkan dalam novel Pengakuan Pariyem lebih mengarah pada kehidupan priyayi seperti Kanjeng Cokro Sentono. Gadis Pantai menggunakan sistem kehidupan yang biasa dan sederhana, sedangkan Pariyem menggunakan sistem kehidupan apa adanya dengan rasa lego lilo. Banyak alat yang digunakan dalam novel Gadis Pantai seperti dokar dan alat kosmetik Gadis Pantai, sedangkan dalam novel Pengakuan Pariyem adalah pisau cukur, setagen, tusuk konde, dan mobil Harlop. Waktu yang terjadi di dalam novel Gadis Pantai dan Pengakuan Pariyem adalah tahun, pagi hari dan malam hari. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.subject | Hubungan Intertekstual | en_US |
dc.subject | Novel Pengakuan Pariyem | en_US |
dc.subject | Novel Gadis PantaiKarya | en_US |
dc.title | HUBUNGAN INTERTEKSTUAL NOVEL PENGAKUAN PARIYEM KARYA LINUS SURYADI AG DENGAN NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER | en_US |
dc.type | Undergraduat Thesis | en_US |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Culture (Cultural Knowledge) |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
110110201058.pdf | 1.32 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools