Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/69134
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMoh Setyo Poerwoko-
dc.contributor.advisorSigit Prastowo-
dc.contributor.authorDita Meidianti-
dc.contributor.authorSigit Prastowo-
dc.contributor.authorMoh Setyo Poerwoko-
dc.date.accessioned2015-12-29T06:48:28Z-
dc.date.available2015-12-29T06:48:28Z-
dc.date.issued2015-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/69134-
dc.description.abstractHama ulat grayak menjadi salah satu hama utama pada tanaman kedelai. Karakter morfologi yang dimiliki setiap genotipe menjadi tolak ukur ketahanan terhadap serangan ulat grayak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat ketahanan 9 genotipe kedelai terhadap serangan ulat grayak, untuk mengetahui kesukaan makan (preferensi) ulat grayak pada sembilan genotipe kedelai dan untuk mengetahui hubungan kerapatan trikoma dengan intensitas kerusakan ulat grayak. Penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian lapang dilaksanakan di green house Politeknik Negeri Jember dan penelitian laboratorium dilaksanakan di laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pada bulan Juli 2013 sampai dengan Desember 2013. Intensitas kerusakan menjadi tolak ukur ketahanan genotipe kedelai. Sinduro memiliki ketahanan paling rendah dengan intensitas serangan 28,33%, sedangkan Ijen memiliki ketahanan paling tinggi diantara 9 genotipe lainnya dengan intensitas serangan 16,67%. Untuk uji preferensi juga menghasilkan ketahanan yang sama untuk serangan tertinggi terjadi pada genotipe Sinduro dengan intensitas kerusakan (yang dimakan) 22,64% sedangkan genotipe yang memiliki intensitas kerusakan terendah yaitu genotipe Ijen dengan intensitas kerusakan (yang dimakan) 9,72%. Tingkat ketahanan suatu genotipe salah satunya ditentukan oleh kerapatan trikoma, semakin rapat trikoma ketahanan semakin tinggi. Setiap genotipe memiliki potensi hasil yang berbeda, Sinduro memiliki ketahanan paling rendah terhadap ulat grayak diikuti dengan rendahnya bobot biji dengan jumlah 0,23 gram pertanaman tetapi tidak diikuti dengan Ijen yang memiliki ketahanan paling tinggi tidak diikuti dengan tingginya bobot biji, Burangrang memiliki bobot biji paling tinggi diantara 9 genotipe lainnya yaitu 2,83 gram/tanaman.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUNEJen_US
dc.subjectResistance, Soybean, Armywormen_US
dc.titleKETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAKen_US
dc.typeArticleen_US
Appears in Collections:SRA-Agriculture And Agricultural Technology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Dita Meidianti.pdf172.09 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.