Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/68371
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorRohmawati, Ninna-
dc.contributor.advisorRirianty, Mury-
dc.contributor.authorWandansari, Dessy Natalia-
dc.date.accessioned2015-12-22T03:53:42Z-
dc.date.available2015-12-22T03:53:42Z-
dc.date.issued2015-12-22-
dc.identifier.nim102110101099-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/68371-
dc.description.abstractGizi lebih merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh remaja. Gizi lebih diartikan sebagai keadaan ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan energi yaitu konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan kebutuhan atau pemakaian energi. Gizi lebih yang muncul di usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa dan lansia. Remaja gizi lebih yang didiagnosis dengan kondisi penyakit yang biasa dialami orang dewasa, seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi mengalami peningkatan. Peningkatan kemakmuran, kemajuan teknologi dan westernisasi dapat mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan di masyarakat, khususnya remaja yang cenderung menyukai makanan cepat saji (fast food), penurunan kebiasaan olahraga, dan kurangnya durasi tidur yang dapat meningkatkan terjadinya gizi lebih. Pola makan terutama saat ini, bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan barat (terutama dalam bentuk fast food), yaitu jenis makanan yang mengandung tinggi energi, tinggi kolesterol, tinggi natrium namun rendah serat. Hal ini ditunjang dengan tersedianya tempat-tempat makan yang menyediakan makanan jenis fast food, kemudahan dalam hal mendapatkan serta harga yang murah, sehingga menjadi alasan makanan jenis fast food ini menjadi pilihan untuk dikonsumsi. Remaja lebih sering mencoba makanan baru, salah satunya fast food. Kebiasaan mengkonsumsi fast food secara berlebihan dapat menimbulkan masalah kegemukan. Kebiasaan olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik, yang dapat menurunkan berat badan, kurangnya olahraga yang dapat menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan. Beberapa penelitian crossectional dan longitudinal menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tidur yang kurang dengan obesitas pada remaja. Tidur yang kurang diduga akan menyebabkan gangguan regulasi hormonal terutama pengeluran hormon leptin dan ghrelien_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectFast Fooden_US
dc.subjectKebiasaan Olahragaen_US
dc.subjectFaktor Genetiken_US
dc.subjectDurasi Tiduren_US
dc.subjectStatus Gizi Lebih pada Remajaen_US
dc.titleHUBUNGAN ANTARA KONSUMSI FAST FOOD, KEBIASAAN OLAHRAGA, FAKTOR GENETIK DAN DURASI TIDUR DENGAN STATUS GIZI LEBIH PADA REMAJA (Studi di SMA Negeri 2 Kabupaten Bondowoso)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Public Health

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Dessy Natalia Wandansari - 102110101099.pdf3.1 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools