Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/66827
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMulyono, Joko-
dc.contributor.advisorPrasetyo, Hery-
dc.contributor.authorFAWAID, MOH.-
dc.date.accessioned2015-12-07T04:15:19Z-
dc.date.available2015-12-07T04:15:19Z-
dc.date.issued2015-12-07-
dc.identifier.nim080910302034-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66827-
dc.description.abstractGandrung Kemiren dalam perkembangannya banyak mengalami pasang surut baik, Kondisi surut mampu membangkitkan semangat seniman Kemiren khususnya untuk menampilkan kreasi-kreasi agar lebih menarik dan diminati masyarkat. Hal tersebut tampak dalam perubahan kostum, pergantian pemeranan penari gandrung, dari yang dulunnya penari gandrung laki-laki, sekarang diperankan oleh penari perempuan, penambahan alat musik, memasukkan lagu-lagu baru yang sedang digemari masyarakat,. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seniman gandrung Kemiren memiliki kesanggupan merespon keinginan dan selera masyarakat. Gandrung adalah salah satu jenis seni tari yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi, disajikan oleh seorang permpuan dewasa yang menari berpasangan dengan laki-laki yang dikenal sebagai pemaju. Wiyata (2013:20) kesenian ini tersebar di beberapa desa Banyuwangi yang diantaranya Kemiren, Olehsari, Cungking dan beberapa desa di Kecamatan Rogojampi, yang notabene adalah komunitas Using, konon merupakan penduduk asli Banyuwamgi. Sangat dikenal sebagai desa-desa di mana tumbuh subur dan berkembang penari gandrung. Meskipun kesenian ini termasuk seni tradisional, namun antusias masyarakat cukup tinggi untuk mempertahankannya, khususnya masyarakat Kemiren, di dalam kehidupan modern ini banyak kesenian-kesenian yang bermunculan berkemungkinan akan menggeser seni yang sudah ada. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana eksistensi seni gandrung di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi?”. Dengan tujuan penulian untuk mendeskripsikan bagaimanakah eksistensi seni gandrung di Desa Kemiren. Dengan menggunakan teori perubahan vii kebudayaan, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan dipilih dengan menggunakan purposiv sampling. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Sebuah tradisi yang diwujudkan dalam bentuk kesenian, supaya menarik untuk ditonton dan agar generasi penerusnya dengan mudah meneruskan. Subagyo Dkk (2011:349) begitupun dengan gandrung yang awalnya bersumber dari perkembangan ritual seblang, sebuah upacara bersih desa atau selamatan desa yang diselenggarakan setahun sekali dan dianggap ritus tertua di Banyuwangi. Maka dalam penampilan gandrung ada tarian seblangseblangan sebagai pengingat bahwa kesenian ini berawal dari ritual seblang. Terdapat dua grup seniman gandrung yang selalu inten dalam melestarikan kesenian gandrung, yaitu Temu Mesti selaku gandrung tertua, dan Mudaiyah selaku penari gandrung muda di desa Kemiren. Upaya pelestarian seniman gandrung Kemiren, dengan cara pelatihan-pelatihan kepada generasi muda. Kecendrungan masyarakat menanggap penari gandrung muda yang lebih fresh, membuat Temu selalu berimprovisasi dalam setiap penampilannya, berdo’a kepada Allah. Tidak ada persaingan yang saling menjatuhkan lawan, semua dilakukan demi eksisitensi kesenian tersebut.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectSENI TARI GANDRUNGen_US
dc.subjectEKSISTENSIen_US
dc.titleEKSISTENSI SENI TARI GANDRUNG DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN BANYUWANGIen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Social and Political Sciences

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Moh. Fawaid - 080910302034.pdf6.74 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools