Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/65555
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Kusumawardani, Banun | - |
dc.contributor.advisor | Herniyati | - |
dc.contributor.author | KANTASA, VANANDA DUANTA | - |
dc.date.accessioned | 2015-12-01T08:15:06Z | - |
dc.date.available | 2015-12-01T08:15:06Z | - |
dc.date.issued | 2015-12-01 | - |
dc.identifier.nim | 111610101011 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65555 | - |
dc.description.abstract | Stres adalah ketegangan fisiologis atau psikologis yang disebabkan oleh rangsangan yang merugikan fisik, mental atau emosi, internal atau eksternal yang mengganggu fungsi organisme dan keinginan alamiah organisme tersebut untuk menghindari rangsangan yang menimbulkan reaksi stres. Stres dipicu oleh adanya stresor dan berdampak buruk bagi kesehatan dikarenakan pada saat stres kekebalan tubuh individu akan menurun. Saat stres, sekresi CRF, yang berperan sebagai pengatur sejumlah besar kortisol di dalam darah, meningkat. CRH disekresikan ke dalam sistem portal hipofisis yang nantinya kan mensekresikan ACTH. ACTH akan memicu korteks adrenal untuk mensekresi hormon glukokortikoid, salah satu jenis hormon glukokortikoid adalah kortisol. Kadar kortisol yang tinggi dapat menekan dan meningkatkan kerentanan pada sistem kekebalan tubuh. Sel limfosit dan makrofag merupakan sel-sel yang penting dalam pengaturan proses imun-peradangan, karena makrofag berperan pada sistem kekebalan bawaan dan limfosit berperan pada sistem kekebalan adaptif. Kortisol yang merupakan hormon stres, berperan dalam efek negatif pada limfosit dan makrofag yaitu dapat menurunkan jumlah kedua sel tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek stresor rasa sakit berupa renjatan listrik terhadap penurunan jumlah sel limfosit dan makrofag pada gingiva tikus Sprague Dawley. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post test only control group design. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah tikus Sprague Dawley jantan yang diambil dengan metode simple random sampling sebanyak 24 ekor yang terbagi dalam 4 kelompok viii yaitu, kelompok kontrol, S1 yang diberikan renjatan listrik selama 7 hari, S2 yang diberikan renjatan listrik selama 14 hari, dan S3 yang diberikan renjatan listrik selama 28 hari. Sampel dikorbankan sesuai dengan kelompok perlakuan masing-masing, pada S1 pada hari ketujuh, pada S2 pada hari keempat belas, dan S3 pada hari kedua puluh delapan dan dilanjutkan dengan pengambilan jaringan dengan cara inhalasi menggunakan eter klorid yaitu tikus dimasukkan ke dalam suatu tabung yang didalamnya terdapat kapas yang telah diberi eter klorid, kemudian tabung ditutup, ditunggu hingga tikus lemas, setelah itu tikus diambil, kemudian diletakkan di atas papan gabus untuk dikorbankan. Bagian jaringan tikus yang diambil adalah bagian mandibula bawah kanan tikus dari regio molar 1 sampai molar 3. Setelah didapatkan jaringan dilakukan pembuatan sediaan dan selanjutnya dilakukan pengecatan hematoxilin eosin untuk menghitung jumlah sel radang limfosit dan makrofag. Setelah itu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene dan dilanjutkan dengan uji parametrik menggunakan One Way ANOVA serta uji LSD. Hasil analisis data menujukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok S1, kelompok kontrol dengan kelompok S2, kelompok kontrol dengan kelompok S3, baik pada sel limfosit maupun makrofag. Pada analisis data antar kelompok perlakuan tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penurunan sel limfosit dan makrofag terjadi pada tikus yang diberi stresor renjatan listrik diduga karena tikus telah mengalami keadaan stres, dimana hormon kortisol disekresi berlebih dapat menyebabkan apoptosis dan perubahan ekspresi gen pada kedua sel tersebut sehingga jumlah sel menurun. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa pemberian stresor rasa sakit berupa renjatan listrik dapat menurunkan jumlah sel limfosit dan makrofag yang nantinya dapat mengakibatkan tubuh rentan terhadap infeksi. Penurunan jumlah terbanyak terdapat pada kelompok perlakuan selama 28 hari. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.subject | EFEK STRESOR | en_US |
dc.subject | RENJATAN LISTRIK | en_US |
dc.subject | JUMLAH SEL | en_US |
dc.title | EFEK STRESOR RASA SAKIT RENJATAN LISTRIK TERHADAP JUMLAH SEL RADANG LIMFOSIT DAN MAKROFAG PADA GINGIVA TIKUS Sprague Dawley | en_US |
dc.type | Undergraduat Thesis | en_US |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Dentistry |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
111610101006 _VANANDA DUANTA KANTASA.pdf | 3.21 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools