Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/6485
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorQurrotun Ayunin-
dc.date.accessioned2013-12-09T02:59:32Z-
dc.date.available2013-12-09T02:59:32Z-
dc.date.issued2013-12-09-
dc.identifier.nimNIM070210193162-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6485-
dc.description.abstractColletotrichum gloeosporioides adalah jenis jamur patogen pada tanaman kakao. Jamur ini menyebabkan penyakit antraknosa. Jamur Colletotrichum gloeosporioides dapat menyerang daun, buah, dan ranting. Pada daun umumnya menyerang yang masih muda. Ranting yang daun-daunnya terserang dan gugur dapat mengalami mati pucuk. Pada buah, umumnya Colletotrichum menyerang buah yang masih pentil (cherelle) atau buah muda. Selanjutnya buah akan layu, mongering, dan mengeriput. Serangan pada buah tua akan menyebabkan busuk kering pada ujung buah. Bakteri dilaporkan mempunyai potensi sebagai antagonis atau agen pengendali hayati dari jamur patogenik. Contoh dari mikroba antagonis yang telah terbukti mampu mengendalikan jamur pathogen adalah Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens. Mekanisme kerja P. fluorescens dan B. subtilis dalam menekan serangan penyakit yaitu dengan cara menginduksi ketahanan tanaman, menkoloni akar dan menstimulasi pertumbuhan tanaman. Peningkatan keefektifan dan spektrum pengendalian serta ketahanan agensia hayati di lapang, perlu dilakukan usaha dalam mengkombinasikan beberapa agen biokontrol yang kompatibel dan sinergistik (Tjahjono, 2000:3). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Jember mulai tanggal 21 November sampai 24 Desember 2011, merupakan penelitian in vitro yang dilakukan dengan cara mengantagoniskan secara langsung antara bakter B. subtilis dan P. fluorescens dengan jamur Colletotrichum gloeosporioides. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah 7 hari, dimana dalam 7 hari tersebut akan diukur besar persentase penghambatan setiap harinya. Persentase penghambatan diukur berdasarkan pada Fokkema dan van der Meulen (1976) yaitu dengan mengukur jari-jari pada kontrol dan jari-jari koloni jamur yang berhadapan dengan bakteri antagonis. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Analisis data dengan One-Way ANOVA menggunakan SPSS, dan untuk menguji perbedaan diantara semua pasangan perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan α=0,05. Adapun tujuan dari penelitian adalah menganalisis besar persentase penghambatan Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens dalam menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum gloeosporioides. Berdasarkan hasil dan analisis yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Bacillus subtilis lebih efektif daripada Pseudomonas fluorescens dalam menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum gloeosporioides. Berdasarkan hasil uji ANOVA (Lampiran B.1) diketahui nilai F hitung untuk penghambatan Bacillus subtilis adalah 62,701, sedangkan nilai F hitung untuk penghambatan Pseudomonas fluorescens adalah 36,820. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penghambatan Bacillus subtilis dengan penghambatan Pseudomonas fluorescens terhadap pertumbuhan jamur Colletotrichum gloeosporioides.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries070210193162;-
dc.subjectPERTUMBUHAN JAMUR, TANAMAN KAKAOen_US
dc.titlePERBEDAAN DAYA HAMBAT Bacillus subtilis DAN Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum gloeosporioides PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN KAKAOen_US
dc.typeOtheren_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Teacher Training and Education

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Qurrotun Ayunin_1.pdf217.76 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools