Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/61926
Title: KESANTUNAN IMPERATIF DALAM LINGKUNGAN KELUARGA MASYARAKAT MADURA DI KECAMATAN SUMBERMALANG KABUPATEN SITUBONDO (KAJIAN PRAGMATIK)
Authors: Masruroh Ulfah Rasidi
Keywords: KESANTUNAN IMPERATIF DALAM LINGKUNGAN KELUARGA MASYARAKAT MADURA DI KECAMATAN SUMBERMALANG KABUPATEN SITUBONDO (KAJIAN PRAGMATIK)
Issue Date: 20-Mar-2015
Series/Report no.: 100110201071;
Abstract: Kesantunan Imperatif dalam Lingkungan Keluarga Masyarakat Madura di Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo (Kajian Pragmatik); Masruroh Ulfah Rasidi, 100110201071; 2014: 155 halaman; Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember. Kalimat perintah (imperatif) adalah kalimat yang berfungsi untuk memerintah petutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diharapkan penutur. Pada saat memerintah secara tidak langsung, penutur mengusik kebebasan petutur atau yang diperintah. Oleh karena itu, suatu perintah dituturkan sedapat mungkin tidak menyinggung perasaan orang yang diperintah dan dilakukan sesantun mungkin. Masyarakat Madura menggunakan kesantunan untuk mengungkapkan makna imperatif dalam lingkungan keluarga. Kesantunan imperatif tersebut diwujudkan dalam beberapa tuturan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan wujud tuturan yang digunakan untuk mengungkapkan makna pragmatik imperatif serta kesantunan imperatif yang berlaku dalam lingkungan masyarakat Madura. Lokasi penelitian ini adalah di Dusun Krajan Desa Tamansari Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo. Informan yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini sebanyak sembilan orang: 3 orang (ayah, ibu, dan anak) dari golongan keluarga guru, 3 orang (ayah, ibu, dan anak) dari golongan keluarga religi, dan 3 orang (ayah, ibu, dan anak) dari golongan keluarga petani. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Penyediaan data dilakukan dengan menggunakan metode cakap (wawancara), teknik pancing sebagai teknik dasar, dan teknik cakap semuka disertai teknik rekam sebagai teknik lanjutan. Penyediaan data juga dilakukan dengan menggunakan metode refleksif- introspektif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode padan viii pragmatik dan teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) sebagai teknik dasar. Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode informal dan metode formal. Dari penelitian ini, ditemukan tiga wujud tuturan yang digunakan oleh masyarakat Madura untuk mengungkapkan makna imperatif dalam lingkungan keluarga. Ketiga wujud tuturan tersebut adalah tuturan imperatif, tuturan interogatif, dan tuturan deklaratif. Tuturan imperatif digunakan untuk mengungkapkan makna imperatif suruhan, imperatif ajakan, imperatif permintaan, dan imperatif larangan. Tuturan interogatif digunakan untuk mengungkapkan makna imperatif suruhan, imperatif ajakan, dan imperatif permintaan. Tuturan deklaratif digunakan untuk mengungkapkan makna imperatif suruhan, imperatif ajakan, dan imperatif permintaan. Digunakannya tuturan imperatif, interogatif, dan deklaratif dalam lingkungan keluarga masyarakat Madura adalah sebagai wujud kesantunan imperatif. Makna imperatif yang diwujudkan dalam tuturan deklaratif merupakan tuturan paling santun. Dikatakan demikian karena makna imperatif yang terkandung di dalamnya bersifat lebih tidak langsung dibandingkan dengan tuturan imperatif dan tuturan interogatif. Makna imperatif yang diwujudkan dalam tuturan imperatif merupakan tuturan paling tidak santun. Dikatakan demikian karena makna imperatif yang terkandung di dalamnya bersifat lebih lansung dibandingkan dengan tuturan interogatif dan tuturan deklaratif. Partikel yâh, ra, dan ko sebagai penegas imperatif yang digunakan dalam tuturan imperatif juga memiliki tingkat kesantunan. Tuturan imperatif berpartikel yâh merupakan tuturan paling santun. Dikatakan demikian karena tuturan imperatif berpartikel yâh cenderung dituturkan dengan nada lebih rendah dibandingkan dengan tuturan imperatif berpartikel ra dan ko. Selain itu, tuturan imperatif berpartikel yâh bermakna imperatif yang disertai dengan bujukan. Tuturan imperatif berpartikel ko merupakan tuturan paling tidak santun. Dikatakan demikian karena tuturan berpartikel ko cenderung dituturkan dengan nada lebih tinggi dibandingkan dengan tuturan imperatif berpartikel yâh dan ra. Selain itu, tuturan imperatif berpartikel ko cenderung memiliki makna imperatif yang disertai dengan desakan.
URI: http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/61926
Appears in Collections:UT-Faculty of Culture (Cultural Knowledge)

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
100110201071_1.pdf139.64 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools