Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/297
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.author | hestieyonini | - |
dc.contributor.author | Ristya Widi W.Y. | - |
dc.contributor.author | Zahara Meilawaty | - |
dc.date.accessioned | 2013-06-20T07:31:26Z | - |
dc.date.available | 2013-06-20T07:31:26Z | - |
dc.date.issued | 2012-12-28 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/297 | - |
dc.description.abstract | Masalah utama rongga mulut anak adalah karies gigi. Prevalensi karies gigi terus menurun di negara-negara maju, sedangkan dinegara berkembang termasuk Indonesia ada kecenderungan kenaikan prevalensi penyakit tersebut (Supartinah dalam Kawuryan, 2008:3). Ahmad dalam Kawuryan (2008:4), mengatakan hampir setiap mulut orang Indonesia akan ditemukan 2 hingga 3 gigi berlubang. Survei Depatemen Kesehatan Republik Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%,dan 90% diantaranya adalah anak-anak (Syahadat, 2009:1) Tingginya angka kesakitan penyakit dirongga mulut, khususnya yang berkaitan dengan insidensi karies gigi menjadi hal yang melatarbelakangi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), yaitu melalui pembentukan kader dokter gigi kecil. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sekolah, yaitu anak didik, guru dan karyawan sekolah lainnya. Hal yang mendasari perlunya usaha kesehatan sekolah dijalankan, antara lain : 1. Golongan masyarakat usia sekolah (6-18 tahun) merupakan bagian yang besar dari penduduk Indonesia (± 29%), diperkirakan 50% dari jumlah tersebut adalah anak-anak sekolah 2. Anak-anak dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan sehingga masih mudah dibina dan dibimbing 3. Pendidikan kesehatan melalui masyarakat sekolah ternyata paling efektif diantara usaha-usaha yang ada untuk mencapai kebiasaan hidup sehat masyarakat pada umumnya, karena masyarakat sekolah prosentasenya tinggi, terorganisir sehingga lebih mudah dicapai, peka terhadap pendidikan dan pembaharuan, serta dapat menyebarkan modernisasi (Entjang, 2000:119-120). Kader dokter gigi kecil sekolah adalah individu yang terorganisir dalam kurun waktu tertentu dan selama itu kualitasnya terus ditingkatkan guna mencapai suatu tujuan yaitu peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut. Adanya program pelatihan dan pembinaan kader dokter gigi kecil sekolah dapat membagi dan meneruskan pengetahuan serta ketrampilan tentang kesehatan gigi dan mulut yang diperoleh kepada teman, keluarga dan masyarakat sekitarnya tentang kesehatan gigi dan mulut, sehingga dapat membantu upaya peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut (Depkes, 2000). Wilayah kerja Puskesmas panti terletak ±15 km dari kota Jember, dan ±3 km dari Universitas Jember, mempunyai 36 Sekolah Dasar (20 Sekolah Dasar Negeri, 16 Sekolah Dasar Islam / MIS) dengan 16 orang guru olahraga yang tersebar di tujuh desa, yaitu desa Panti, Kemiri, Kemuningsari lor, Suci, Pakis, Serut dan Glagah Wero. Desa Panti mempunyai 3 Sekolah Dasar Negeri dan 2 Sekolah Dasar Islam. Desa Kemiri mempunyai 3 Sekolah Dasar Negeri dan 3 Sekolah Dasar Islam, Desa Kemuningsari lor mempunyai 2 Sekolah Dasar Negeri dan 1 Sekolah Dasar Islam, Desa Suci mempunyai 5 Sekolah Dasar Negeri dan 2 Sekolah Dasar Islam, Desa Pakis mempunyai 3 Sekolah Dasar Negeri dan 2 Sekolah Dasar Islam, Desa Serut mempunyai 3 Sekolah Dasar Negeri dan 5 Sekolah Dasar Islam, Desa Glagah Wero mempunyai 1 Sekolah Dasar Negeri dan 1 Sekolah Dasar Islam. Pengabdi telah melakukan survey pendahuluan pada bulan Maret 2011, dengan melakukan wawancara dengan dokter gigi Puskesmas Panti, dan beberapa sekolah di wilayah kerja Puskesmas Panti (SDN Panti 03, SDN Suci 01, SDN Pakis 01, MIS Bustanul Ulum Kemiri 01) (foto terlampir). Hasil dari wawancara adalah bahwa menurut dokter gigi Puskesmas, kegiatan UKGS sudah tidak aktif lagi, hanya beberapa Sekolah Dasar yang jaraknya terjangkau saja yang dilakukan UKGS, itupun tidak rutin. Hasil wawancara dengan fihak MIS Bustanul Ulum Kemiri 01, ruangan UKS ada tapi tidak pernah difungsikan sebagaimana mestinya, keadaan yang serupa juga terdapat di SDN Panti 03 dan SDN Pakis 01. Sedangkan di SDN Suci 01 tidak mempunyai ruang UKS, hanya terdapat kotak P3K di ruang guru, bahkan setelah pengabdi bertanya kepada beberapa siswa tentang UKGS, mereka tidak ada yang mengerti. Kenyataan ini sungguh disayangkan, siswa tidak pernah merasakan manfaat UKS/UKGS. Tim pengabdi juga melihat kenyataan bahwa tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa sangat buruk. Hal lain dibuktikan dengan pemberian pretest tentang kesehatan gigi dan mulut pada beberapa anak Sekolah Dasar di Kecamatan Panti oleh mahasiswa KKT gelombang I tahun akademik 2010/2011. Pretest dilakukan secara acak pada 58 siswa dari 35 Sekolah Dasar, hasil menunjukkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa sangat buruk, diperoleh rata-rata 43.96. Nilai ini jauh dibawah standart. Sehingga keyataan yang terjadi di lapangan adalah tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa di Kecamatan Panti sangat rendah, jika pengetahuan rendah dapat dipastikan angka kesakitan gigi sangat tinggi pada usia dewasa bahkan anak-anak. Data lain yang menunjang adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa KKT gelombang I tahun akademik 2010/2011 yaitu menunjukkan angka karies gigi (gigi berlubang) pada usia muda masuk dalam kategori tinggi yaitu 4.8. Setelah tim pengabdi melakukan survey pendahuluan, maka tim pengabdi ingin membantu mangatasi masalah kesehatan gigi dan mulut anak Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Panti. Pengabdi ingin mengaktifkan UKS/UKGS disetiap Sekolah Dasar yaitu dengan pembentukan kader dokter gigi kecil. Kader diambil dari siswa kelas IV, dengan alasan sudah lancar membaca, bisa berkomunikasi aktif dan mempunyai kesempatan yang lama untuk menyebarluaskan informasi ke teman dan lingkungannya sebelum lulus Sekolah Dasar. Setelah dibentuk kader dokter gigi kecil, dilakukan pelatihan dan pendampingan pada kader tersebut tentang pengenalan alat dasar kedokteran gigi, cara pemeriksaan gigi dan mulut sederhana, pengobatan sederhana dan cara melakukan rujukan, dimana sebelum dilakukan pelatihan, kader disuluh tentang kesehatan gigi dan mulut terlebih dahulu. Penyuluhan pada siswa Sekolah Dasar tentang kesehatan gigi dan mulut yang nantinya dapat merubah perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut. Pembuatan modul kesehatan gigi dan mulut. Modul akan diberikan disetiap sekolah, gunanya sebagai pegangan guru Penjaskes dan kader dokter gigi kecil untuk menyebarluaskan / menularkan ilmu dan informasi yang didapat ke temannya, keluarga dan masyarakat pada umumnya. Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah terwujudnya kelompok anak sekolah yang sehat dan produktif. | en_US |
dc.description.sponsorship | Dipa Di. Litabmas Dikti | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.relation.ispartofseries | Hibah IbM;B.80.162/IbM-DP2M/2012 | - |
dc.subject | Guru Penjaskes, Kader Dokter Gigi Kecil SD,Sekolah Dasar | en_US |
dc.title | Guru Penjaskes dan Kader Dokter Gigi Kecil Sekolah Dasar | en_US |
dc.type | Other | en_US |
Appears in Collections: | CSR-Hibah Ditlitabmas - IbM |
Files in This Item:
There are no files associated with this item.
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.