Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/26473
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorHINDUN MARDIYANA-
dc.date.accessioned2014-01-28T11:48:17Z-
dc.date.available2014-01-28T11:48:17Z-
dc.date.issued2014-01-28-
dc.identifier.nimNIM011610101114-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/26473-
dc.description.abstractStres yang ditimbulkan oleh stresor baik fisik maupun psikis sering dijumpai di masyarakat dan merupakan suatu masalah yang dapat menimbulkan dampak atau perubahan pada seluruh organ tubuh khususnya pada sistem imunitas tubuh yang terdiri dari leukosit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stresor rasa sakit berupa renjatan listrik terhadap jumlah leukosit darah tepi tikus yang dipapar Staphylococcus aureus. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah dan sebagai bahan pertimbangan untuk menangani pasien dalam kondisi stres khususnya pada bidang kedokteran gigi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratories. Sampel ditentukan 8 ekor tikus wistar jantan perkelompok yang dibagi menjadi 3 kelompok yang diadaptasikan terlebih dahulu selama 1 minggu di kandang perlakuan. Kelompok A adalah kelompok kontrol, pada kelompok perlakuan 1 (B) tikus dipapar bakteri S. aureus sebanyak 0,9 cc/ 100 gr BB tikus secara intra peritoneal pada hari ke 6,7 dan 8 sedangkan kelompok perlakuan 2 (C ) adalah tikus yang diberi stresor renjatan listrik mulai hari ke-1 dan dipapar S. aureus pada hari ke 6,7 dan 8. Pada hari ke-8 tikus korbankan dan dilakukan pengambilan darah intra kardial 30-60 menit setelah perlakuan. Data penelitian di analisis dengan uji one way anova untuk mengetahui perbedaan ketiga kelompok dan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD untuk mengetahui kemaknaan statistik dari masing-masing kelompok. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa stresor rasa sakit berupa renjatan listrik terbukti berpengaruh dengan adanya peningkatan jumlah leukosit darah tepi tikus. Jumlah leukosit pada kelompok perlakuan 2 ( C ) lebih besar daripada kelompok perlakuan 1 (B) dan kelompok kontrol. Hal ini diperkuat dengan hasil uji one way anova dan uji Tukey HSD dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat peningkatan. Stres menyebabkan supresi sistem imun dimana stres yang diakibatkan stresor renjatan listrik dihantar melalui hipotalamus, CRF disekresikan sehingga menyebabkan sekresi ACTH yang juga meningkatkan sekresi kortisol. Akibatnya leukosit di MGP menurun dan aliran ke CGP meningkat sehingga leukosit darah tepi meningkat. Menurunnya MGP menyebabkan penderita lebih rentan terhadap infeksi karena MGP adalah leukosit fungsional yang melawan mikroorganisme yang masuk dari luar. Penelitian ini membuktikan bahwa stresor rasa sakit berupa renjatan listrik dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit darah tepi tikus yang dipapar S. aureus.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries011610101114;-
dc.subjectSTRESOR RASA SAKIT, LEUKOSIT DARAH TEPIen_US
dc.titlePENGARUH STRESOR RASA SAKIT TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT DARAH TEPI TIKUS YANG DIPAPAR Staphylococcus aureusen_US
dc.typeOtheren_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Dentistry

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A (327)x_1.pdf63.42 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools