Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/1949
Title: FETISISME PARA VIRGINITY
Authors: YUNI ANGGIT AULIA
Keywords: FETISISME, VIRGINITY
Issue Date: 30-Nov-2013
Series/Report no.: 080910302049;
Abstract: Fenomena fans Club pada zaman sekarang sudah mulai mewabah di semua daerah. Kota besar dan kota kecil sekalipun sudah banyak fans club terbentuk. Orang-orang dari yang muda sampai yang sudah berkeluarga mulai gila idola. Idola bagi mereka bukan sekedar idola, tapi sudah merupakan saudara. Idola seolah merupakan segala-galanya bagi seorang fans. Seorang fans dapat melakukan apapun agar dapat berjumpa bahkan sekedar nonton idola mereka di Televisi. Seorang idola seolah sudah menjadi panutan bagi seorang fans. Virginity Jember merupakan salah satu fans club yang gila idola. Virginity Jember rela bekerja untuk mendapat uang sebagai modal berangkat konser dan membeli tiket dengan harga yang tidak sedikit. Virginity Jember tidak hanya gila dalam dalam pembelian tiket dan pengumpulan uang, namun mereka juga mengumpulkan asesoris-asesoris The Virgin. Virginity tidak pernah mau ketinggalan berita dan kabar-kabar tentang The Virgin, karena itu mereka mulai memuja media yang bisa memberikan info dan mendekatkan mereka dengan The Virgin. Anggota Virginity pun tidak merasa ragu untuk meniru gaya dan perilaku idola. Perilaku berlebihan yang dilakukan oleh para fans ini disebut dengan pemujaan, yang sering disebut fetisisme oleh Adorno. Pemujaan materi bisa dikatakan seperti itu, setiap idola akan melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhannya. Orang yang mulai melakukan pemujaan, akan mengalami kesadaran palsu yang berupa kesadaran atas bayang-bayang The Virgin. Virginity akan mulai teralienasi dari kehidupannya yang nyata, karena mereka sudah terbelenggu oleh kesadaran semu. Perilaku yang terjadi merupakan akibat dari budaya populer. Masyarakat bukan lagi memuja suatu produk industri budaya yang secara nyata ada, tetapi pemujaan tersebut cenderung dialamatkan kepada simbol. Antusias Virginity untuk datang konser ternyata juga dipengaruhi oleh, anggapan bahwa Virginity dan The Virgin itu saudara. kata-kata saudara membuat Virginity selalu berusaha untuk memberi dukungan saat The Vigrin konser. Fans-fans grup musik tidak sadar bahwa mereka telah diperalat oleh para kapitalis yang sedang menjual musik. Artis yang mereka keluarkan adalah sebagai model atau pancingan agar mereka mendapat keuntungan yang besar. Melihat fenomena-fenomena fans club yang dijelaskan diatas khususunya yang terjadi di Jember, Maka sesuai dengan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut” Mengapa mereka melakukan fetisisme dan bagaimana bentuk-bentuk fetisisme yang dilakukan fans club ?” Penelitian ini menggunakan teori fetisisme komoditas Theodor Adorno yang menjelaskan tentang pemujaan para fans yang berlebihan terhadap idola. Perilaku fetisisme yang dilakukan bukan lagi memuja suatu produk namun memuja harga dan benda yang seharusnya tidak dipuja. Fetisisme ini terjadi karena pengaruh industri budaya pada budaya populer. Disini peneliti menggunakan teori Adorno untuk mengkritik fetisisme yang dilakukan oleh para fans. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dimana penelitian ini dapat dilihat sebagai kritik sosial dan usaha untuk melakukan emansipasi serta penguatan sosial. Selain itu paradigma ini melihat realitas merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan sosial budaya dan ekonomi politik. Sehingga dalam penelitian ini Peneliti akan menempatkan diri sebagai aktivis, advokat yang melakukan usaha-usaha penyadaran dalam hal ini membongkar realitas semu yang diyakini oleh para Virginity. Dengan demikian penelitian ini sangat mendukung adanya nilai, etika, pilihan moral dalam penelitian ini sebagai analisis dan bahkan keberpihakan itu sendiri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Fans Club bagi Virginity bukan merupakan fans club lagi, namun menurut mereka Virginity adalah keluarga. Virginity bukan club namun mereka adalah keluarga besar, The Virgin dan semua Virginity adalah saudara. The Virgin dan Virginity saling membutuhkan satu sama lain. Susah senang mereka akan selalu bersama. The Virgin muncul dengan menciptakan kesan-kesan yang dapat meluluhkan hati setiap orang. Kesan yang muncul memancing setiap orang untuk suka dan menjadi fans The Virgin. Memunculkan sosok duo yang memiiki kepribadian bertolak belakang, memunculkan cerita-cerita perjuangan setiap personil The Virgin. Kehidupan salah satu personil yaitu Mitha juga menjadi alasan untuk beberapa orang masuk dalam Virginity. Dengan munculnya kesankesan dari sosok The Virgin, membuat orang-orang terutama anak muda merasa terpanggil dan bergabung ke dalam Virginity. Virginity selalu merasa The Virgin yang terbaik, The Virgin bisa menjadi contoh dalam menjalani hidup dan menjadi panutan. Dari sosok Mitha para penggemarnya belajar arti seorang ibu, arti seorang anak dan mengajarkan perjuangan dan ketegaran dalam hidup. Hal ini yang menjadikan Virginity semakin ramai dan memilki anggota yang lumayan banyak. The Virgin selalu mengatakan bahwa mereka dan Virginity adalah saudara. Kata-kata saudara ini membuat mereka semakin dekat, selalu merasa peduli satu sama lain. Disini dimunculkan saling memiliki, saling perduli dan saling melengkapi. Perasaan-perasaan yang muncul secara tidak sengaja memaksa mereka untuk melakukan perilaku fetisisme. Virginity ingin menunjukkan bahwa mereka cinta The Virgin, mereka perduli dan mereka memiliki The Virgin. Dengan melakukan fetisisme mereka akan mendapat kepuasan sendiri. Virginity memiliki beberapa alasan melakukan melakukan fetisisme diantaranya, karena mereka menganggap The Virgin adalah keluarga dan merupakan bagian dari diri mereka. Mereka mendapat kepuasan tersendiri bila mereka dapat melakukan sesuatu untuk sang idola yaitu The Virgin. Virginity selalu bangga bila orang-orang yang melihatnya, mengenal dia sebagai anggota Virginity dan Bagian dari The Virgin. Alasan-alasan ini terjadi karena trend, kurangnya model peran dan level kesadaran yang dikuasai oleh pihak manajemen. Dilihat dari penjelasan-penjelasan anggota Virginity tentang The Virgin dan melihat perilaku yang dilakukan Virginity, sangat jelas mereka melakukan pemujaan yang menurut Adorno adalah fetisisme. Virginity tidak sadar bahwa yang mereka lakukan adalah bagian dari produksi. Virginity sedang dipengaruhi oleh manajemen Republik Cinta yang menaungi The Virgin. Virginity dibuat terkesan dengan sosok Virginity dan karya-karyanya, sehingga mereka menjadi fans, membentuk club dan dianggap seolah keluarga. Hal ini sebenarnya adalah skenario manajemen Republik Cinta, agar The Virgin selalu sukses, tenar dan terus berkarya. Virginity tidak sadar bahwa mereka sedang melakukan perilaku fetisisme. Bentuk perilaku fetisisme yang mereka lakukan diantaranya, perjuangan mereka untuk mendapat tiket, mengumpulkan koleksi-koleksi barang-barang The Virgin dan datang pada konser idola. Mereka datang konser hanya agar dapat bertemu dan berfoto bersama dengan sang idola, dengan mengorbankan banyak uang. Anggota Virginity juga tidak mau ketinggalan nonton perfom idola mereka di Televisi, disini mereka seakan-akan tidak bisa lepas dari Televisi. Virginity juga selalu memantau kegiatan idola mereka lewat internet, yaitu dari twitter dan facebook. Mereka tidak pernah lupa untuk selalu memantau, dari internet juga mereka dapat berkomunikasi dengan sesama anggota Virginity di semua daerah. Virginity selalu memburu asesoris The Virgin. Bahkan ada beberapa anggota yang nekat dan meniru gaya salah satu personil yaitu Mitha yang tomboy. Dia meniru gaya Mitha seutuhnya. Anggota Virginity selalu ingin menunjukkan bahwa mereka adalah anggota Virginity, dengan cara memakai asesoris dan memasang lambang-lambang dan foto The Virgin pada bendabenda kesayangan mereka, seperti pada motor dan HP. Mereka selalu ingin menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari The Virgin. Pihak The Virgin dan manajemen Republik Cinta yang paling banyak mendapat untung, manajemen menyedot perhatian para penggemar. Manajemen secara tidak langsung memaksa penggemar mengeluarkan banyak uang untuk kepentingan manajemen. Penggemar disibukkan dalam dunia kebohongan, dalam dunia kepalsuan, mereka terjebak dalam kesadaran palsu dalam dunia yang penuh bayang-bayang The Virgin, sehingga mereka tersingkir dari kehidupan mereka yang nyata. Bagaimanapun budaya populer adalah realitas hidup zaman modern yang tidak bisa dihindari. Kita menghidupinya dalam rutinitas keseharian sehingga kadang sulit menemukan dimensi politis yang melekat padanya, bahwa dia mampu mmanipulasi kesadaran dan mengarahkan tindakan manusia. Bahkan memberhalakannya sebagai obyek kenikmatan. Dalam kaitan itulah penelitian ini dibuat. Uraian-uraian yang didasarkan pada penelitian dan perjumpaan dengan produk-produk budaya populer yang ada disekitar kita, membuat pembaca dapat membuat jarak dari realitas hidup keseharian dan merefleksinya. Mereka dapat memfilter apa yang mereka lihat dan mereka rasakan. Anggota Virginity bisa menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah pemujaan dan sadar bahwa mereka sedang dipengaruhi oleh manajemen. Manajemen musik mampu melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Manajemen juga mampu melakukan apa saja agar para fans tidak sadar bahwa mereka sedang dipengaruhi untuk kepentingan manajemen.
URI: http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/1949
Appears in Collections:UT-Faculty of Social and Political Sciences

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Yuni Anggit Aulia - 080910302049_1.pdf97.65 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools