Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127041
Title: | Pengaruh Sistem Jajar Legowo dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) di Lahan Rawa Pasang Surut |
Authors: | Resti, Ricke RESTI, Oktaviaricke Windi |
Keywords: | Jajar Legowo Jarak Tanam Pasang Surut |
Issue Date: | 23-Jan-2025 |
Publisher: | Fakultas Pertanian Universitas Jember |
URI: | https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127041 |
Appears in Collections: | MT-Agronomy |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
TUGAS AKHIR.pdf | 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dengan kekayaan sumber daya alam melimpah, memiliki berbagai tipe lahan potensial untuk mendukung ketahanan pangan nasional, termasuk lahan rawa yang terdiri atas rawa lebak dan pasang surut. Salah satu potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah lahan rawa pasang surut, yang tersebar luas di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua (Fauziah, 2021). Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2023), luas lahan rawa pasang surut mencapai 20 juta hektar dari total 34 juta hektar lahan rawa di Indonesia. Ironisnya hanya sekitar 4,5 juta hektar yang telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian (Abduh dkk., 2022). Padahal, lahan ini memiliki potensi strategis untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, terutama di tengah pesatnya pertumbuhan penduduk yang diperkirakan mencapai 318,9 juta jiwa pada 2045 (BPS, 2022). Seiring meningkatnya angka pertumbuhan penduduk, secara otomatis kebutuhan pangan (beras) sebagai sumber utama karbohidrat bagi lebih dari 90% populasi penduduk diIndonesia juga semakin tinggi, maka dari itu optimalisasi lahan rawa pasang surut menjadi suatu keharusan. Meskipun produksi beras pada tahun 2024 meningkat hingga 55,42 juta ton, jumlah tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional yang relatif tinggi (BPS, 2024). Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi secara signifikan menjadi prioritas yang mendesak. Salah satu pendekatan strategis yang dapat diterapkan adalah inovasi teknologi dengan pengaturan jarak dan pola tanam yang tepat. Lahan rawa pasang surut memiliki karakteristik yang unik, seperti pengaruh fluktuasi air pasang dari laut atau sungai yang menyebabkan kadar air dan kesuburan tanah berfluktuasi (Haryani dan Sarwani, 2023). Hal ini menimbulkan tantangan serius seperti ancaman genangan pada musim hujan, kekeringan ekstrem pada musim kemarau, serta kesuburan tanah yang rendah. Kendala tersebut dapat diatasi melalui pengelolaan yang sesuai, sehingga dari tantangan dapat berubah menjadi peluang emas untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Pengaturan jarak tanam merupakan pendekatan pengelolaan tanaman yang terbukti efektif, beberapa yang sering digunakan adalah 30 x 20 cm, 30 x 25 cm serta 30 x 30 cm (Khozin dkk., 2024). Jarak tanam 30 x 20 cm dapat meningkatkan kepadatan tanaman, namun kompetisi untuk air, cahaya, dan nutrisi menjadi semakin tinggi. Jarak 30 x 30 cm memberi ruang tumbuh lebih luas, mengurangi kompetisi, dan meningkatkan ketahanan kekeringan meski populasi tanaman lebih rendah. Jarak 30 x 25 cm menawarkan keseimbangan antara kepadatan dan ruang tumbuh sehingga mendukung pertumbuhan menjadi lebih optimal (Tajudin dan Sungkawa, 2020). Selain jarak tanam penerapan sistem Jajar Legowo di lahan rawa pasang surut juga mampu meningkatkan produktivitas padi secara signifikan. Sistem ini memanfaatkan barisan kosong di antara barisan tanaman untuk mengurangi kompetisi, serta meningkatkan efisiensi penggunaan air, cahaya, dan ruang. Pola Jarwo 2:1 dengan dua baris tanaman dan satu baris kosong meningkatkan efisiensi ruang dan mengurangi persaingan (Maharani dan Prabowo, 2019). Pola 3:1 memberi lebih banyak ruang untuk penyerapan cahaya (Kementan, 2024), sedangkan pola 4:1 mengoptimalkan distribusi cahaya, penyerapan air, dan mengurangi kompetisi antar tanaman (Safriadi et al., 2020). Kombinasi antara jarak tanam dalam sistem Jajar Legowo mampu meningkatkan efisiensi fotosintesis, penyerapan air, nutrisi, dan cahaya serta memperbaiki drainase untuk mencegah genangan (Firmansyah, 2022). Sistem ini juga mempermudah pemeliharaan, mengoptimalkan kebutuhan tenaga kerja, dan meningkatkan efisiensi dalam pengendalian gulma serta pemupukan (Difika dkk., 2022). Dibandingkan dengan pola tanam konvensional yang menghasilkan 6-7 ton/ha, sistem Jarwo dapat meningkatkan hasil produksi hingga 8-9 ton/ha (Witjaksono, 2018). Mengingat urgensi tersebut, maka penerapan jarak dan sistem tanam jajar legowo diharapkan mampu memperbaiki dalam hal peningkatan produktivitas padi di lahan rawa pasang surut, untuk memastikan cita-cita ketahanan pangan nasional segera terwujud. | 1.73 MB | Adobe PDF | View/Open |
TUGAS AKHIR.pdf Until 2029-01-23 | 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dengan kekayaan sumber daya alam melimpah, memiliki berbagai tipe lahan potensial untuk mendukung ketahanan pangan nasional, termasuk lahan rawa yang terdiri atas rawa lebak dan pasang surut. Salah satu potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah lahan rawa pasang surut, yang tersebar luas di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua (Fauziah, 2021). Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2023), luas lahan rawa pasang surut mencapai 20 juta hektar dari total 34 juta hektar lahan rawa di Indonesia. Ironisnya hanya sekitar 4,5 juta hektar yang telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian (Abduh dkk., 2022). Padahal, lahan ini memiliki potensi strategis untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, terutama di tengah pesatnya pertumbuhan penduduk yang diperkirakan mencapai 318,9 juta jiwa pada 2045 (BPS, 2022). Seiring meningkatnya angka pertumbuhan penduduk, secara otomatis kebutuhan pangan (beras) sebagai sumber utama karbohidrat bagi lebih dari 90% populasi penduduk diIndonesia juga semakin tinggi, maka dari itu optimalisasi lahan rawa pasang surut menjadi suatu keharusan. Meskipun produksi beras pada tahun 2024 meningkat hingga 55,42 juta ton, jumlah tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional yang relatif tinggi (BPS, 2024). Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi secara signifikan menjadi prioritas yang mendesak. Salah satu pendekatan strategis yang dapat diterapkan adalah inovasi teknologi dengan pengaturan jarak dan pola tanam yang tepat. Lahan rawa pasang surut memiliki karakteristik yang unik, seperti pengaruh fluktuasi air pasang dari laut atau sungai yang menyebabkan kadar air dan kesuburan tanah berfluktuasi (Haryani dan Sarwani, 2023). Hal ini menimbulkan tantangan serius seperti ancaman genangan pada musim hujan, kekeringan ekstrem pada musim kemarau, serta kesuburan tanah yang rendah. Kendala tersebut dapat diatasi melalui pengelolaan yang sesuai, sehingga dari tantangan dapat berubah menjadi peluang emas untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Pengaturan jarak tanam merupakan pendekatan pengelolaan tanaman yang terbukti efektif, beberapa yang sering digunakan adalah 30 x 20 cm, 30 x 25 cm serta 30 x 30 cm (Khozin dkk., 2024). Jarak tanam 30 x 20 cm dapat meningkatkan kepadatan tanaman, namun kompetisi untuk air, cahaya, dan nutrisi menjadi semakin tinggi. Jarak 30 x 30 cm memberi ruang tumbuh lebih luas, mengurangi kompetisi, dan meningkatkan ketahanan kekeringan meski populasi tanaman lebih rendah. Jarak 30 x 25 cm menawarkan keseimbangan antara kepadatan dan ruang tumbuh sehingga mendukung pertumbuhan menjadi lebih optimal (Tajudin dan Sungkawa, 2020). Selain jarak tanam penerapan sistem Jajar Legowo di lahan rawa pasang surut juga mampu meningkatkan produktivitas padi secara signifikan. Sistem ini memanfaatkan barisan kosong di antara barisan tanaman untuk mengurangi kompetisi, serta meningkatkan efisiensi penggunaan air, cahaya, dan ruang. Pola Jarwo 2:1 dengan dua baris tanaman dan satu baris kosong meningkatkan efisiensi ruang dan mengurangi persaingan (Maharani dan Prabowo, 2019). Pola 3:1 memberi lebih banyak ruang untuk penyerapan cahaya (Kementan, 2024), sedangkan pola 4:1 mengoptimalkan distribusi cahaya, penyerapan air, dan mengurangi kompetisi antar tanaman (Safriadi et al., 2020). Kombinasi antara jarak tanam dalam sistem Jajar Legowo mampu meningkatkan efisiensi fotosintesis, penyerapan air, nutrisi, dan cahaya serta memperbaiki drainase untuk mencegah genangan (Firmansyah, 2022). Sistem ini juga mempermudah pemeliharaan, mengoptimalkan kebutuhan tenaga kerja, dan meningkatkan efisiensi dalam pengendalian gulma serta pemupukan (Difika dkk., 2022). Dibandingkan dengan pola tanam konvensional yang menghasilkan 6-7 ton/ha, sistem Jarwo dapat meningkatkan hasil produksi hingga 8-9 ton/ha (Witjaksono, 2018). Mengingat urgensi tersebut, maka penerapan jarak dan sistem tanam jajar legowo diharapkan mampu memperbaiki dalam hal peningkatan produktivitas padi di lahan rawa pasang surut, untuk memastikan cita-cita ketahanan pangan nasional segera terwujud. | 1.73 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.