Penyutradaraan Film Wahyu: Penerapan Multiple Characters, Multiple Point of Views untuk Menimbulkan Emosi Penonton Terhadap Tokoh Wahyu

Abstract

Film Wahyu merupakan karya tugas akhir yang mengangkat fenomena pelecehan seksual (nyempet) di lingkungan pondok pesantren melalui pendekatan multiple characters, multiple points of view. Konsep penyutradaraan ini digunakan untuk mengeksplorasi sudut pandang berbagai tokoh, memperkaya kompleksitas konflik, dan menggambarkan dampak psikologis dari pelecehan seksual terhadap korban. Film bergenre thriller berdurasi 17 menit ini bercerita tentang seorang santri baru dengan kelainan seksual yang berusaha melampiaskan hasratnya kepada santri lain, namun dihalangi oleh seorang santri yang mengetahui niat jahatnya. Latar belakang pembuatan film ini didasari oleh fenomena nyempet yang kerap dianggap sebagai "rahasia umum" di beberapa pesantren, di mana korban sering kali mengalami trauma, rasa malu, bahkan perubahan orientasi seksual.

Melalui pendekatan naratif dan sinematik, film ini bertujuan memvisualisasikan ketegangan dan kengerian yang dialami korban, sekaligus mengajak penonton merefleksikan isu pelecehan seksual di lingkungan pendidikan agama. Harapannya, film ini dapat menjadi bahan diskusi bagi pihak pesantren untuk lebih waspada dan mencari solusi agar fenomena ini tidak terus berulang. Dengan gaya penyutradaraan yang intens dan perspektif multipel, Wahyu tidak hanya menghadirkan cerita yang menegangkan, tetapi juga mendorong kesadaran akan pentingnya pencegahan kekerasan seksual di lembaga pendidikan.