Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/125324
Title: | Potensi Kombinasi Scaffold Hidroksiapatit Gipsum Puger Dan Pati Singkong (Manihot Esculenta Crantz) Sebagai Bahan Bone Graft Terhadap Luas Tulang Trabekula Pasca Pencabutan Gigi Tikus Wistar |
Authors: | ADISA, Qory |
Keywords: | Potensi Kombinasi Scaffold Hidroksiapatit Gipsum Puger Bahan Bone Graft |
Issue Date: | 7-Jan-2025 |
Publisher: | Fakultas Kedokteran Gigi |
Abstract: | Berdasarkan Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, penduduk Indonesia mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebanyak 56,9% pada penduduk ≥3 tahun sebanyak 56,9% (SKI, 2023). Pencabutan gigi paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia dan menyebabkan kerusakan pada tulang alveolar, sehingga tulang alveolar menjadi lebih kecil, tipis, dan mudah fraktur. Untuk menghindari kerusakan pada tulang alveolar, perlu dilakukan perawatan alternatif untuk membantu proses perbaikan tulang yaitu dengan material pengganti tulang berupa bone graft sebagai bahan pengisi tulang. Bone graft jenis alloplastic graft disubstitusikan pada tulang berupa scaffold. Scaffold berbentuk struktur tiga dimensi dan berpori yang memandu dan mempercepat pembentukan jaringan baru. Scaffold berpori dihasilkan dari salah satu bahan yaitu hidroksiapatit yang dapat memberikan peningkatan struktur trabekula yang sangat baik. Hidroksiapatit ditemukan di alam berupa gipsum, yang diambil dari Pegunungan Puger yaitu gipsum Puger. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Naini et al., (2019) gipsum Puger memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan dengan gipsum komersial, harga yang murah dan mudah didapat. Namun, Hidroksiapatit Gipsum Puger (HAGP) memiliki sifat biomekanis yang lemah dan bersifat getas, untuk itu perlu adanya penambahan biopolimer alam berupa pati singkong. Pati singkong mampu membantu proses regenerasi tulang dan memperbaiki sifat mekanis dan porositas yang dimiliki oleh HAGP. Kombinasi scaffold HAGP dan pati singkong (HAGP+PS) memungkinkan terbentuknya ikatan antar singkong polimer pati dan HAGP, yang dapat mempengaruhi ukuran pori dan menjadi tempat proliferasi dan diferensiasi sel osteoblas, serta dapat meningkatkan kekuatan scaffold melalui mekanisme interlocking. Pati singkong sering dimanfaatkan dalam bidang biomedis karena biaya yang murah, banyak terdapat di alam, sifat hidrasi yang baik, dan sifat biodegradasi yang tinggi. Meskipun di dalam singkong terdapat senyawa glikosida sianogenik, namun dapat dilakukan perendaman dengan larutan NaCl 15% selama 7 jam untuk mengurangi kadar sianida pada singkong hingga dibawah 40 ppm, yaitu sebesar 22,78 ppm. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian the posttest only control group design. Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus wistar dan terdapat 9 kelompok penelitian, yaitu 3 kelompok kontrol, 3 kelompok perlakuan HAGP, dan 3 kelompok perlakuan HAGP+PS. Kelompok kontrol hanya dilakukan pencabutan tanpa diberikan bahan scaffold. Kelompok perlakuan terdiri dari pemberian bahan scaffold HAGP dan scaffold HAGP+PS. Setiap kelompok penelitian diamati pada hari ke-7, 14 dan 28. Scaffold diaplikasikan pada soket gigi molar 1 rahang bawah kiri setelah dilakukan pencabutan dan tikus dirawat sampai hari dikorbankan untuk diambil jaringannya. Setelah sampel jaringan didapatkan, dilakukan pemrosesan jaringan hingga menjadi preparat histologi kemudian dilakukan pembacaan luas tulang trabekula melalui software pengolah gambar Nikkon Image System dengan satuan µm2 . Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik parametrik dengan uji Shapiro Wilk dan uji homogenitas Levene. Hasil uji menunjukkan data beristribusi normal dengan nilai signifikansi >0,05. Namun data tidak menunjukkan homogenitas yaitu p<0,05, sehingga perlu dilanjutkan dengan uji statistik non parametrik yaitu Kruskal Wallis, dengan hasil menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok. Hasil Uji lanjutan PostHoc Mann-Whitney menunjukkan seluruh kelompok memiliki nilai yang berbeda signifikan, yaitu p<0,05. Berdasarkan hasil penelitian, kelompok yang memiliki peningkatan luas tulang trabekula paling tinggi adalah kelompok dengan pemberian kombinasi scaffold HAGP+PS dengan rata-rata 63196,23 µm2 pada hari ke-28, kelompok pemberian HAGP yaitu 27889,66 µm2 pada hari ke-28, dan kelompok terendah adalah kelompok kontrol yaitu 7861,6 µm2 pada hari ke-28. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yaitu pemberian kombinasi scaffold HAGP+PS dapat meningkatkan luas tulang trabekula pasca pencabutan gigi tikus wistar. |
Description: | Finalisasi unggah file repositori tanggal 13 Februari 2025_Kurnadi |
URI: | https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/125324 |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Dentistry |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
211610101021_Qory Tasykura Adisa_Naskah Skripsi Repository Unej.pdf Until 2028-02-02 | Qory Tasykura Adisa_211610101021 | 1.28 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
211610101021_Qory Tasykura Adisa_Naskah Skripsi Repository Unej.pdf Until 2030-02-02 | Qory Tasykura Adisa_211610101021 | 1.28 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools