Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/124277
Title: | Sejarah Gemeente Probolinggo Tahun 1918-1942 |
Authors: | MAULANA, Afif |
Keywords: | GEMEENTE PERKEMBANGAN SARANA PRASARANA EKONOMI PROBOLINGGO |
Issue Date: | 22-Dec-2022 |
Publisher: | fakultas ilmu budaya |
Abstract: | pemerintah Belanda menetapkan gemeente terhadap daerah-daerah di Hindia-Belanda yang dianggap penting dan strategis karena kritikan dari politisi Belanda yang bernama Van Deventer. Van Deventer imengeluarkan isebuah igagasan itentang proses untuk memajukan negara jajahan Belanda, igagasan itersebut iada itiga ipoin yaitu iirigasi, imigrasi idan edukasi. Tiga ipoin igagasan itersebut idisebut idengan TriasiPolitika. Gagasan politik etis yang dikemukakan oleh Van Deventer membuat pemerintah Belanda menanggapi gagasan tersebut. Menanggapi segala hal yang mendesak diadakannya desentralisasi di Hindia Belanda kemudian dibuatlah rancangan iundang-undang idesentralisasi. Pada itahun i1903, pemerintah Kolonial iBelanda imembentuk idaerah-daerah desentralisasi di Hindia Belanda. Desentralisasi ini khusus iuntuk mengatur keuangan dan pajak, desentralisasi bukan mengatur tentang penyelenggaraan pemerintah isecara umum. Mulai tahun i1906 iberdasarkan Besluit Decentralisaatie 1905 dan iLocale raden Ordonantie 1905. Pemerintah Kolonial Belanda membentuk daerah-daerah desentralisasi iyaitu gemeente (semacam kota). Selama tahun 1906-1918, pemerintah Belanda telah imembentuk isebanyak 19 gemeente di Jawa. Probolinggo imerupakan isalah isatu ikota yang ipemerintahnya iberbentuk gemeente. Probolinggo imendapat istatus igemeente ipada tanggal 1 juli 1918 (berdasarkan iStaatsblad i322-1918) karena ditinjau idari letaknya iyang ibegitu strategis yaitu dikelilingi ioleh ipabrik-pabrik igula, iperkebunan itembakau, kopi dan pelabuhan iyang icukup ibesar isehingga imenampung idan imengirim hasil-hasil dari perusahaan itersebut. Status gemeente yang didapatkan oleh Probolinggo membuat perubahan dalam sistem pemerintahan. Pada awalnya Probolinggo berada dibawah pemeritahan pusat yang berada di Batavia, tetapi setelah Probolinggo menjadi gemeente barulah Probolinggo mempunyai pemerintahan sendiri. Penetapan sebagai daerah gemeente oleh Belanda berdampak besar bagi perkembangan wilayah kota Probolinggo. perkembangan kota iyang isemakin tertata dengan ibaik idapat idilihat idari isisi ikehidupan, yaitu perekonomian Probolinggo yang imulai imembaik, dibangunnya isarana-sarana infrastruktur. Sarana prasarana yang dibangun di Problinggo dikarenakan kebutuhan yang harus diwujudkan oleh pemerintah Probolinggo. Munculnya isebuah ipotensi iyang imengenai ikebutuhan transportasi untuk masyarakat Probolinggo, membuat salah satu pengusaha pribumi asal Probolinggo mengembangkan iusaha itransportasi. Pada itahun i1933 Perusahaan transportasi tersebut idikembangkan ioleh iAli Karman yaitu transportasi mobil. Pada tahun 1936 iusaha transportasiidikembangkan lagi idengan membeli sebuah bus kecil. Perkembangan transportasi bus di Probolinggo juga mendapat dukungan dari pemerintah Probolinggo. Disisi lain, keberadaan bus juga memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan kota Probolinggo. Selain transportasi, pemerintah Hindia-Belanda juga membangun fasilitas dibidang pendidikan. Pada abad 19 pendidikan yang disediakan di gemeente Probolinggo hanya sekolah raja (Hoofdenschool) dan juga sekolah guru (Kweekschool), hal tersebut tidak membuat gemeente Probolinggo mendirikan setiap jenis sekolah untuk memenuhi pendidikan penduduk Probolinggo. Selama memiliki status gemeente, Probolinggo tercatat hanya menyediakan fasilitas sekolah tingkat dasar dan lanjut. Pada tahun 1929-1930 di Probolinggo terdapat 7 sekolahan yaitu Eurospeesche Lagere School (ELS), Hollandsche Inlandsche School (HIS), Hollandsche Chineesesche School (HCS), Schakelschool (sekolah rakyat), Volkschool (sekolah desa), Vervogschool (sekolah lanjutan), dan Voll. 2e kl. School (sekolah ongko loro). Terbentuknya pendidikan di wilayah Hindia Belanda telah memberikan kemungkinan adanya suatu mobilitas sosial dalam masyarakat. Sekolahsekolah yang awalnya diperuntukkan hanya kepada anak-anak Eropa, golongan elit Perkembangan iperekonomian ipenduduk iProbolinggo ijuga idisebabkan oleh semakin ibanyaknya iproduksi igula. iBanyak idari ipihak iswasta iyang imenyewa tanah iuntuk ditanami itebu. Ketika itebu itelah idikatakan isiap ipanen, imaka petani mengangkutnya ke pabrik. Tebu iyang itiba idi ipabrik iakan idiproses ioleh kuli pabrik untuk dijadikan igula. Para ipetani iakan idiberikan iupah iketika itebu tersebut sudah menjadi gula. Keberadaan pabrik gula menjadi penentu yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat khususnya petani dan ikuli ipabrik gula Probolinggo. |
Description: | Finalisasi oleh Taufik_Lia Tgl 28 Agustus 2024 |
URI: | https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/124277 |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Culture (Cultural Knowledge) |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
doc.pdf Until 2028-08-28 | 1.73 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools