Asuhan Keperawatan Keluarga Pasien Kusta Pada Ny. B dengan Masalah Keperawatan Gangguan Integritas Kulit di UPT Puskesmas Randuagung Tahun 2023

Abstract

Kusta termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang ditularkan melalui saluran nafas dan menyerang saraf tepi, kulit serta organ tubuh lain kecuali saraf pusat. Kusta sendiri memiliki 2 jenis, yakni tipe kusta kering PB (Pausi Basiler) dan tipe kusta basah MB (Multi Basiler). Hal yang membedakan dari dua tipe kusta tersebut adalah bercak mati rasa pada kusta PB sebanyak 1-5 bercak, sedangkan tipe MB sebanyak lebih dari 5 bercak mati rasa.Tujuan asuhan keperawatan keluarga ini untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan keluarga pasien kusta pada Ny. B dengan masalah keperawatan gangguan integritas kulit di UPT Puskesmas Randuagung tahun 2023. Desain yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah laporan kasus yang dilakukan pada tanggal 01 Juni – 31 Juli 2023 di wilayah kerja UPT Puskesmas Randuagung. Metode pengumpulan data yang akan penulis gunakan dalam laporan kasus ini meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dengan kriteria hasil partisipan yang meliputi pasien yang berdomisil di wilayah keja UPT Puskesmas Randuagung dengan tipe MB yang tercantum dalam rekam medis, pasien dengan masalah keperawatan gangguan integritas kulit, rentang usia 15 tahun – 50 tahun, kesadaran composmentis, bagian tubuh tidak mengalami ulkus dan bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani informed. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas Jember No. 299/UN25.1.14/KEPK/2023 tanggal 21 Juli. Pengkajian meliputi data pada Ny. B jenis kelamin perempuan, usia 47 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga dengan Kusta. Saat dikaji klien mengeluh jari manis tangan kanan terasa kaku, mati rasa pada telapak kani kanan dan nyeri pada Digital Repository Universitas Jember x area lesi. Data objektif menunjukkan kulit kering pada area lesi, hipopigmentasi pada lesi, terdapat bekas luka pada area punggung dan terlihat lesi berjumlah lebih dari 5 bercak menyebar pada daerah ekstremitas atas dan bawah. Selanjutnya dari data tersebut dapat dirumuskan diagnosis yakni gangguan integritas kulit. Diagnosa ini diambil karena melihat tanda dan gejala mayor yakni terdapat kerusakan lapisan kulit, mengeluh nyeri dan tampak kemerahan pada daerah pinggir lesi. Dapat ditemukan intervensi sesuai dengan kondisi klien yakni perawatan integritas kulit dan intervensi inovasi Rendam, Gosok dan Oles. Hasil dari implementasi perawatan integritas kulit selama 4 hari didapatkan tujuan tercapai. Seluruh kriteria hasil yang ditetapkan dapat dicapai oleh pasien, yaitu hidrasi kulit meningkat, kerusakan lapisan kulit, nyeri, pigmentasi abnormal menurun, sensasi dan tekstur kulit membaik. Dari hasil tersebut diharapkan bagi perawat dapat mengajarkan Rendam, Gosok dan Oles terhadap pasien kusta yang mengalami masalah gangguan integritas kulit. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan intervensi dapat menambahkan kriteria hasil dan memberikan perpanjangan dalam melakukan rendam, gosok dan oles juga bisa dilengkapi dengan intervensi keperawatan paling baru yang didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya.