Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/120834
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorWARDHANI, Ardelia Ajeng-
dc.date.accessioned2024-06-03T07:38:28Z-
dc.date.available2024-06-03T07:38:28Z-
dc.date.issued2023-06-13-
dc.identifier.nim192110101037en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/120834-
dc.description.abstractSetiap orang tua menginginkan kelahiran anak yang sehat, namun tidak semua anak lahir dalam keadaan normal. Salah satu tipe Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah penderita down syndrome. Anak down syndrome mengalami gangguan keseimbangan genetik tubuh, intelektual, fungsi fisiologis tubuh, dan perubahan karakteristik fisik. Secara global diperkirakan terdapat 3000-5000 anak lahir down syndrome tiap tahunnya. Riskesdas Nasional tahun 2013 menyebutkan terdapat 0,13% bayi lahir down syndrome dan meningkat menjadi 0,21% di tahun 2018. Down syndrome tidak hanya berdampak pada anak, tetapi juga akan berdampak negatif pada kesehatan mental orang tuanya karena waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyesuaian diri orang tua dengan anak down syndrome sebagai upaya mempertahankan kesehatan mental. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilaksanakan di SLB BCD YPAC Kabupaten Jember dengan lima informan utama yaitu orang tua dari anak down syndrome yang dipilih dengan teknik purposive, kemudian dilakukan pengambilan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul divalidasi dengan triangulasi sumber serta teknik, dan dianalisis menggunakan thematic content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua dalam kategori usia dewasa, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sarjana (S1), dan kondisi ekonomi menengah kebawah. Saat awal mengetahui anak mengalami down syndrome orang tua merasa terkejut, sedih, bingung, khawatir mengenai masa depan, bahkan menyalahkan diri sendiri karena merasa kelahiran anak tersebut merupakan tanggung jawabnya. Perasaan tersebut berlanjut saat mengetahui anak mengalami keterlambatan tumbuh kembang, karakteristik pendiam, pemalu, takut ketika berada di keramaian, tantrum, serta memiliki ciri fisik yang berbeda dengan anak normal sehingga orang tua merasa malu dan kerepotan dalam merawat anak tersebut. Orang tua juga merasa kurang maksimal dalam merawat anaknya karena kondisi ekonomi dan pengetahuan yang kurang. Selain itu, seluruh informan menyatakan pernah mendapatkan stigma negatif dari lingkungan berupa penolakan dari ayah kandung dan teman sebaya, pandangan aneh, pernyataan negatif yaitu anak bisu, bodoh, jelek, tidak normal. Adanya persepsi yang salah dari orang tua yaitu, usia anak down syndrome tidak lebih dari 10 tahun juga menjadi stressor bagi orang tua. Stres yang dialami orang tua dalam penelitian ini tidak berkepanjangan karena adanya dukungan dari keluarga baik berupa nasihat maupun bantuan merawat, informasi dan nasihat dari tenaga ahli mengenai down syndrome, serta timbulnya religiusitas dari orang tua yaitu ikhlas menerima kondisi dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Coping stress yang dilakukan berdampak positif pada penyesuaian diri orang tua, ditunjukkan dengan persepsi akurat mengenai pengertian, penyebab down syndrome, dan persepsi saat ini terhadap anak. Seluruh orang tua mampu menilai kelebihan, kekurangan, mengembangkan potensi yang dimiliki, serta dapat mengungkapkan perasaannya dengan wajar. Setiap informan juga mampu membangun komunikasi interpersonal, namun mengurangi kegiatan di luar rumah karena mengutamakan perawatan anak. Penyesuaian diri yang dilakukan orang tua mendukung upaya mempertahankan kesehatan mental yang dianalisis melalui indikator fisik, psikologis, sosial, dan moral-religius. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian, untuk orang tua dengan anak down syndrome diharapkan aktif mengikuti berbagai webinar ataupun organisasi untuk orang tua dengan anak down syndrome. SLB BCD YPAC Kabupaten Jember diharapkan dapat menginisiasi pembentukan organisasi orang tua dengan anak down syndrome di Kabupaten Jember. Dinas Kesehatan Kabupaten Jember diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan dalam organisasi orang tua dengan anak down syndrome. Fakultas Kesehatan Masyarakat diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan pengabdian mengenai penyesuaian diri orang tua dengan anak down syndrome.en_US
dc.description.sponsorshipPembimbing Utama : Erdi Istiaji, S.Psi., M.Psi., Psikologen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kesehatan Masyarakaten_US
dc.subjectPenyesuaian Dirien_US
dc.subjectKesehatan Mentalen_US
dc.subjectAnak Down Syndromeen_US
dc.titlePenyesuaian Diri Sebagai Upaya Mempertahankan Kesehatan Mental pada Orang Tua dengan Anak Down Syndromeen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiKesehatan Masyarakaten_US
dc.identifier.pembimbing1Erdi Istiaji, S.Psi., M.Psi., Psikologen_US
dc.identifier.validatorKacung- 17 Juli 2023en_US
dc.identifier.finalization0a67b73d_2024_06_tanggal 03en_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Public Health

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Ardelia_Repository.pdf
  Until 2028-12-06
3.32 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools