Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia di Kabupaten Jember

Abstract

Posyandu Lansia merupakan sebuah wadah pelayanan yang secara aktif berperan dalam memberikan layanan kesehatan kepada populasi Lansia. Namun, kenyataannya dalam proses pelayanan kesehatan pelaksanaan Posyandu Lansia di lapangan tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Berdasarkan Buku Profil Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2019, 2020, dan 2021 cakupan pelayanan kesehatan Lansia yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar selama tiga tahun terakhir naik dari semula 14,87% di tahun 2019, menjadi 20,7% di tahun 2020, dan 49,3% di tahun 2021. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, tidak semua Puskesmas mengalami peningkatan cakupan pelayanan kesehatan Lansia, terdapat lima Puskesmas masih memiliki cakupan pelayanan kesehatan Lansia yang rendah selama tiga tahun terakhir, yaitu Puskesmas Kaliwates, Sukorambi, Cakru, Nogosari, dan Tempurejo. Puskesmas Kaliwates di tingkat paling bawah dengan cakupan pelayanan kesehatan Lansia yaitu pada tahun 2021 sebesar 7,7%. Puskesmas Sukorambi di tingkat kedua terbawah pada tahun 2021 sebesar 7,8%. Puskesmas Cakru di tingkat ketiga terbawah pada tahun 2021 sebesar 14,1%. Puskesmas Nogosari di tingkat keempat dari bawah pada tahun 2021 sebesar 14,4%. Terakhir, Puskesmas Tempurejo di tingkat kelima dari bawah pada tahun 2021 sebesar 16,1%. Salah satu faktor terbesar dalam meningkatkan pelayanan Posyandu Lansia adalah peran aktif kader, dimana kader merupakan orang yang sangat berpengaruh dan tokoh yang dipercaya dalam menggerakkan Lansia untuk datang ke Posyandu. Pencapaian cakupan pelayanan kesehatan Lansia yang rendah dapat dipengaruhi oleh kinerja kader yang belum maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kinerja kader Posyandu Lansia di Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia wilayah Puskesmas Kaliwates, Sukorambi, Cakru, Nogosari, dan Tempurejo Kabupaten Jember. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60 responden dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara menggunakan instrumen kuesioner. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan uji chi-square untuk melihat faktor yang berhubungan dengan kinerja kader Posyandu Lansia di Kabupaten Jember. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterampilan kader Posyandu Lansia di Kabupaten Jember termasuk kategori tinggi sebanyak 45 responden (75%), tingkat pengetahuan termasuk kategori tinggi sebanyak 46 responden (76,7%), tingkat motivasi termasuk kategori tinggi sebanyak 51 responden (85%), sarana dan prasarana termasuk kategori lengkap sebanyak 58 responden (96,7%), supervisi termasuk kategori tinggi sebanyak 57 responden (95%), imbalan termasuk kategori rendah sebanyak 36 responden (60%), dukungan tokoh masyarakat termasuk kategori tinggi sebanyak 47 responden (78,3%). Adapun faktor yang berhubungan dengan kinerja kader Posyandu Lansia di Kabupaten Jember didapatkan hasil yaitu pengetahuan (p=0,030), kader dengan pengetahuan yang baik akan mampu mengaplikasikan ilmunya dengan baik. Motivasi (p=0,002), adanya motivasi akan mendorong semangat kader untuk bekerja lebih giat sehingga tercapai hasil yang optimal. Dukungan tokoh masyarakat (p=0,002) adanya dukungan dari tokoh masyarakat akan membantu kader dalam menggerakkan Lansia datang ke Posyandu, sehingga kader akan lebih terbantu dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan, faktor yang tidak berhubungan dengan kinerja kader Posyandu Lansia di Kabupaten Jember yaitu keterampilan (p=0,208), tidak semua kader dengan keterampilan baik diwujudkan dalam kinerja yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Sarana dan prasarana (p=0,200), kader tidak melihat lengkap atau tidaknya sarana dan prasarana, sehingga pelaksanaan Posyandu akan tetap berjalan. Supervisi (p=1,000), ada tidaknya petugas puskesmas yang hadir tidak memberikan pengaruh dalam kinerja kader. Imbalan (p=0,729), ada tidaknya imbalan yang diberikan tidak mempengaruhi semangat dan kinerja kader, kader menjalankan tugasnya dengan sukarela. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa faktor yang diteliti pada waktu pelaksanaan Posyandu Lansia di Kabupaten Jember terdiri dari variabel individu yaitu keterampilan dan pengetahuan, variabel psikologis yaitu motivasi, dan variabel organisasi yaitu sarana dan prasarana, supervisi, imbalan, dan dukungan tokoh masyarakat. Faktor yang mempengaruhi kinerja kader Posyandu Lansia di Kabupaten Jember yaitu pengetahuan, motivasi, dan dukungan tokoh masyarakat. Sedangkan, faktor yang tidak mempengaruhi kinerja kader Posyandu Lansia yaitu keterampilan, sarana dan prasarana, supervisi, dan imbalan. Saran yang diberikan yaitu membuat pelatihan kader untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan kader terkait tugas atau peran kader pada saat pelaksanaan Posyandu Lansia. Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan dan dikemas menggunakan metode yang lebih interaktif, media yang dapat memberikan gambaran nyata pengelolaan Posyandu, praktek penyusunan dan pengolahan makanan sehat bagi Lansia serta pendampingan langsung pada saat Posyandu dilaksanakan. Selanjutnya, untuk menambah motivasi kader dapat dilakukan dengan mengadakan perlombaan dan memberikan penghargaan berupa sertifikat atau piagam penghargaan.