Ambivalensi Budaya Fashion Anak Muda dalam Aktifitas Thrifring di Kabupaten Gresik

Abstract

Thrifting berkembang sangat pesat di Kabupaten Gresik. Dalam wilayah Kabupaten saja terdapat 30 penjual pakaian bekas. Thrifting dikenal luas oleh masyarakat Gresik sejak pandemi covid-19 dan membawa tren fashion global yang berasal dari barat. Fashion barat dianggap sebagai kiblat dalam globalisasi kontemporer bagi negara dunia ketiga. Imperialisme barat yang terjadi di masa lampau menciptakan narasi superioritas budaya barat menjadikan fashion barat sebagai standar global dalam industri fashion. Bagi pelaku thrifting di Kabupaten Gresik yang dalam aktifitasnya juga membawa tren-tren fashion yang berasal dari barat cenderung membuat mereka terjebak dalam kasus mimikri. Penelitian ini menggunakan teori poskolonial Homi K. Bhabha yang mengintegrasikan kontruksi teori tentang hibriditas, ambivalensi (ambivalence) dan mimikri (mimicry). Pelaku thrifting cenderung terjebak dalam kasus mimikri atau peniruan tren-tren fashion barat. mimikri menggambarkan hubungan yang ambivalen antara penjajah dan terjajah. Dalam hal ini ambivalensi yang terjadi ada pada keinginan subjek akan kebebasan mengekspresikan kreatifitas dan keunikan style-style yang dibuat dari aktifitas thrifting. Namun, disisi lain mereka menyadari bahwa mereka dipengaruhi oleh standart-standart dan tren fashion barat yang mereka ikuti dalam media sosial mereka.