Pengaruh Model Problem Based Learning Bantuan Lkpd terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Sikap Ilmiah Siswa Sma Materi Suhu dan Kalor

Abstract

Pengaruh Model Problem Based Learning berbantuan LKPD terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Materi Suhu dan Kalor. Siti Sriwulandari, 190210102075, 2023, 63 halaman; Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.Model problem based learning merupakan suatu model yang dalam proses pembelajarannya diperkenalkan dengan suatu masalah yang berhubungan dengan fenomena di kehidupan sehari-hari. Model problem based learning ini sangat cocok dan dianjurkan dalam pembelajaran dengan kriteria abad 21. Model problem based learning ini dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dikarenakan memuat permasalahan yang dialami sendiri oleh siswa serta dengan bantuan LKPD dapat lebih memudahkan siswa dalam memahami konsep dari tema yang diajarkan LKPD sendiri merupakan suatu bahan ajar yang digunakan sebagai pelengkap dari sumber belajar yang telah ada di sekolah. Berdasarkan wawancara salah satu guru fisika kelas XI yang dilakukan, diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa tergolong standar. Adapun pembelajaran dengan LKPD yang belum pernah digunakan dan sikap ilmiah siswa yang tergolong rendah dikarenakan siswa yang masih tergolong pasif ketika pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Pada materi suhu dan kalor ini tergolong sulit apabila salah dalam mengkonsepkan suatu materi serta merupakan salah satu materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga, peneliti memiliki tujuan untuk mengkaji adanya pengaruh model problem based learning berbantuan LKPD terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dan sikap ilmiah siswa SMA materi suhu dan kalor. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA N 2 Jember pada semester gasal tahun ajaran 2022/2023 di bulan November-Desember dengan pokok bahasan suhu dan kalor. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design. Penentuan sampel penelitian yang diperoleh adalah kelas XI MIPA 1 sebagai kelas viiieksperimen dan kelas XI MIPA 3 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan menggunakan soal posttest yang berjumlah tiga butir soal dan instrumen lembar observasi untuk mengukur sikap ilmiah. Proses belajar dilakukan dengan tiga kali pertemuan dengan pendistribusian dua kali pertemuan digunakan sebagai proses pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning berbantuan LKPD. Pada dua kali pertemuan tersebut juga dilakukan penilaian pada sikap ilmiah siswa dengan menggunakan lembar observasi oleh observer. Sikap ilmiah yang dinilai mencakup enam indikator. Pada satu pertemuan diakhir digunakan sebagai pengukuran kemampuan pemecahan masalah siswa dengan melakukan posttest. Posttest dilakukan dengan menggunakan tiga butir soal yang telah mencakup empat indikator kemampuan pemecahan masalah siswa. Pengecekkan kembali pada indikator ini dapat dilakukan dengan bantuan LKPD dalam setiap percobaan yang dilakukan. Selama proses pembelajaran siswa juga diarahkan untuk memenuhi kriteria indikator dari kemampuan pemecahan masalah melalui model problem based learning yang berbantuan LKPD. Akan tetapi, pada penelitian ini peneliti lebih terfokus untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan posttest.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning berbantuan LKPD berpengaruh signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, model problem based learning berbantuan LKPD berpengaruh signifikan terhadap sikap ilmiah siswa SMA materi suhu dan kalor. Hambatan yang dihadapi pada penelitian ini adalah keterbatasan alat yang terdapat di sekolah. Sehingga, solusi dari penelitian ini adalah adanya pemberlakuan khusus pada alat dan bahan yang ada pada laboratorium agar lebih diperhatikan. Pendataan yang dilakukan pada laboratorium akan lebih tertata dan memudahkan dalam pembelajaran.