Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/110833
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.author | KARTIKA, Bambang Aris | - |
dc.date.accessioned | 2022-11-16T06:39:27Z | - |
dc.date.available | 2022-11-16T06:39:27Z | - |
dc.date.issued | 2017-05-01 | - |
dc.identifier.govdoc | KODEPRODI110401#Televisi dan Film | - |
dc.identifier.uri | https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/110833 | - |
dc.description.abstract | Selain eksistensi pers, sastra pada awal gerakan kebangsaan Indonesia menjadi media penting dalam membangun identitas dan kesadaran nasionalisme yang diikuti kemudian oleh film sebagai media propaganda kesadaran kebangsaan pada masa kolonialisme, khususnya di era fasisme Jepang. Era globalisasi yang bercirikan industrialisasi dan kapitalisme media, identitas kebangsaan Indonesia saat ini menjadi konten kreatif sebagai komoditas budaya, khususnya dalam industri penerbitan sastra dan film. Secara empiris, Benedict Anderson mengemukakan pemikirannya bahwa peran print capitalism berpengaruh dalam membentuk kesadaran nasionalisme pada masa revolusi kemerdekaan di kalangan generasi muda Indonesia pada masa itu. Tahun 2000-an muncul trend penulisan sastra biografi dan film-film biopik di Indonesia, dengan satu figur tokoh menjadi obyek estetika bagi produksi sastra biografi dan film biopik, salah satunya adalah identitas dan sikap kebangsaan dari kalangan pesantren yaitu K.H. Hasyim Asy’ari selaku pendiri 244 Nahdlatul Ulama (NU). Berdasarkan historiografi biografi Mbah Hasyim, dilakukan adaptasi ke dalam bentuk karya sastra dan film, yaitu novel “Penakluk Badai” dan film biopik “Sang Kiai”. Dalam konteks penciptaan karya kreatif yang bertemu dengan industri media, maka sastra dan film memiliki peran penting dalam membangun kesadaran kolektif dan ingatan sejarah akan peran besar kaum pesantren dalam konsepsi nasionalisme yang selama ini dalam penulisan sejarah Indonesia termarginalkan karena terhegemoni oleh peran-peran militer dan tokoh-tokoh nasionalis sekuler melalui media teks naratif maupun teks audiovisual. Artinya, meminjam perspektif Adorno dan Mazhab Frankfrut telah berlaku suatu konsepsi dari teori fetisisme komoditas yang menempatkan karya sastra dan film bukan semata-mata teks naratif yang bersifat “dulce et utile” atau menghibur dan bermanfaat, melainkan juga berupa komoditas budaya yang berorientasi pada praktik kapitalisme dan ideologi dari sifat humanisme dalam sastra biografi dan film biopik. Kehadiran sastra biografi dan film biopik K.H. Hasyim Asy’ari menjadi krusial di tengah menguatnya pemimpin yang populisme anti Islam dan makin permisifnya terhadap sikap primordialisme di tengah krisis keteladanan kepemimpinan. | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | HISKI | en_US |
dc.subject | Sastra Biografi | en_US |
dc.subject | Biopik | en_US |
dc.subject | Historiografi | en_US |
dc.subject | Identitas Kebangsaan Pesantren | en_US |
dc.subject | Fetisisme | en_US |
dc.subject | Komoditas Historis | en_US |
dc.subject | Industri Media | en_US |
dc.subject | Print Kapitalisme | en_US |
dc.title | Sastra biografi dan Film Biopik: Adaptasi karya kreatif Historiografi biografi Indonesia antara kepentingan Identitas kebangsaan dan Fetisisme komoditas (Kajian atas penakluk badai novel Biografi k.H. Hasyim asy’ari dan film Sang kiai) | en_US |
dc.type | Article | en_US |
Appears in Collections: | LSP-Conference Proceeding |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
FIB_BAMBANG ARIS K_JURNAL_SASTRA BIOGRAFI DAN FILM BIOPIK.pdf | 3.54 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.