Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/110153
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorAFIFA, Aida Nur-
dc.date.accessioned2022-10-12T06:07:13Z-
dc.date.available2022-10-12T06:07:13Z-
dc.date.issued2021-07-16-
dc.identifier.nim172210101023en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/110153-
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 12 Oktober 2022_Kurnadien_US
dc.description.abstractSalah satu penyakit yang menyebabkan tingginya morbiditas dan mortatilitas adalah penyakit infeksi. Infeksi terjadi karena adanya invasi mikroorganisme patogen seperti bakteri secara langsung oleh mikroorganisme tersebut atau dengan vektor atau perantara. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dapat ditangani dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat mengakibatkan munculnya kejadian resistensi salah satunya pada bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik golongan methicillin (MRSA) yang ditemukan pertama kali di rumah sakit tahun 1962. Berdasarkan hal tersebut, pencarian dan pengembangan alternatif antibakteri terhadap S. aureus diperlukan untuk mengatasi masalah resistensi yang terjadi. Saat ini telah banyak dilakukan pencarian senyawa antibakteri baru dari bahan alam terutama dari mikroorganisme seperti fungi. Hal tersebut didasarkan pada beberapa penemuan antibiotik yang didapatkan dari metabolit sekunder fungi. Fungi yang berpotensi menghasilkan senyawa metabolit sekunder antibakteri adalah fungi tanah, karena tanah merupakan habitat yang paling potensial untuk fungi tumbuh. Salah satu tanah yang diduga poten adalah tanah muara. Tanah muara banyak ditumbuhi oleh tanaman mangrove yang mana mangrove mampu menyimpan karbon sehingga menyediakan nutrisi bagi fungi. Kondisi lingkungan tanah muara yang ekstrim memicu fungi yang ada didalamnya untuk beradaptasi dan mempertahankan diri dengan menghasilkan metabolit sekunder. Penelitian mengenai pencarian senyawa antibakteri dari fungi tanah muara mangrove masih minim dilakukan. Oleh karena itu perlunya dilakukan pencarian senyawa antibakteri dari fungi tanah muara mangrove terutama di Indonesia yang mana memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini dilakukan isolasi fungi tanah muara Desa Patoa Gorontalo dan skrining aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus. Tanah muara yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tanah muara Desa Patoa, Provinsi Gorontalo yang selanjutnya dilakukan proses penumbuhan dan isolasi berdasarkan identifikasi makroskopis serta mikroskopis. Hasil dari proses isolasi didapatkan enam isolat fungi tanah muara dengan kode IS1-BTG1-2, IS1-BTG1-4, IS2-BTG1-1-1, IS2-BTG1-1-2, IS2-BTG1-3-1, dan IS2-BTG1-3-2. Keenam isolat tersebut dilanjutkan ke tahap pengujian antagonis sebagai tahap skrining awal untuk melihat isolat fungi tanah yang berpotensi memiliki aktivitas penghambatan bakteri S. aureus dengan melihat zona hambat yang terbentuk. Setelah dilakukan pengujian antagonis keenam isolat fungi difermentasi menggunakan medium cair untuk memperbanyak biomassa isolat fungi. Hasil fermentasi kemudian di ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Ekstrak yang didapatkan digunakan untuk skrining kandungan senyawa menggunakan metode KLT dengan reagen teretntu sebagai penampak noda. Ekstrak etil asetat hasil fermentasi isolat fungi tanah muara selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode mikrodilusi berdasarkan protokol standar CLSI dengan kontrol positif yang digunakan gentamisin 1 µg/mL dan kontrol negatif DMSO 1%. Hasil uji antagonis menunjukkan enam isolat fungi memiliki aktivitas penghambatan bakteri S. aureus. Hasil skrining kandungan senyawa dalam ekstrak etil asetat hasil fermentasi isolat fungi tanah muara menunjukkan terdapat senyawa golongan alkaloid (IS2-BTG1-3-1, IS2-BTG1-1-1, IS2-BTG1-3-2), terpenoid (IS2-BTG1-1-1, IS1-BTG1-4, IS2-BTG1-3-2, IS1-BTG1-2, IS2-BTG1- 1-2), dan fenolat (IS2-BTG-1-3-1). Hasil dari metode mikrodilusi didapatkan persen penghambatan pada masing-masing ekstrak dengan kode isolat fungi IS1- BTG1-2 (61,5 ± 6,2%), IS2-BTG1-1-2 (54,2 ± 2,4%), IS2-BTG1-3-2 (52,1 ± 4,0%), IS2-BTG1-1-1 (46,0 ± 2,2%), IS1-BTG1-4 (42,7 ± 4,4%), IS2-BTG1-3-1 (35,6% ± 1,4).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Farmasi Universitas Jemberen_US
dc.subjectFUNGI TANAHen_US
dc.subjectSKRINING ANTIBAKTERIen_US
dc.subjectSTAPHYLOCOCCUS AUREUSen_US
dc.titleIsolasi Fungi Tanah Muara Desa Patoa Gorontalo dan Skrining Antibakteri terhadap Staphylococcus aureusen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiFarmasien_US
dc.identifier.pembimbing1apt. Ari S. Nugraha, S.F., GdipSc., M-Sc-Res., Ph.Den_US
dc.identifier.pembimbing2apt. Bawon Triatmoko, S. Farm., M. Sc.en_US
dc.identifier.validatorfendien_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Pharmacy

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Aida Nur Afifa - 172210101023_.pdf
  Until 2027-04-14
3.48 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools