Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/103553
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMolasy, Honest Dody-
dc.contributor.advisorAlbayumi, Fuat-
dc.contributor.authorSafitri, Eva-
dc.date.accessioned2021-03-23T05:38:33Z-
dc.date.available2021-03-23T05:38:33Z-
dc.date.issued2020-12-02-
dc.identifier.nim140910101031-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/103553-
dc.description.sponsorshipSingapura adalah negara yang terletak dikawasan Asia Tenggara dan merupakannegara dengan keadaan ekonomi terbaik. Tidak hanya ekonomi, sektor lain yang juga penting di Singapura adalah lingkungan. Lingkungan Singapura termasuk lingkungan terbersih diantara negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Di tingkat internasional, terdapat sebuah lembaga yang setiap dua tahun sekali mengeluarkan peringkat untuk kualitas lingkungan negara-negara di dunia. Lembaga tersebut adalah Environmental Performance Index (EPI). Pada tahun 2014 EPI mengeluarkan daftar peringkat dari kualitas negara-negara di dunia. Hal ini mengantarkan Singapura menempati peringkat 4. EPI sendiri merupakan bagian dari sistem kerja PBB untuk memberi penilaian tentang kualitas lingkungan negara-negara di dunia. Namun, selama dua tahun terakhir (2016-2018) kualitas lingkungan Singapura mengalami penurunan peringkat. Peringkat 4 yang diraih pada tahun 2014 turun menjadi peringkat 15 pada tahun 2016 dan terus mengalami penurunan pada tahun 2018 yaitu peringkat 49. Skripsi ini menggunakan metode penelitian studi literatur dengan mencari data-data sekunder yang sesuai untuk menjelaskan permasalahan. Pengumpulan data yang digunakan lebih difokuskan pada informasi yang berasal dari buku, jurnal, surat kabar cetak maupun elektronik, dan data berupa artikel yang bersumber dari internet yang terkait dengan topik permasalahan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Konsep yang digunakan dalam menganalisis permasalahan ini adalah konsep Environmental Development Index (EPI) yang dianggap sesuai dan relevan untuk menjelaskan mengapa Peringkat Kualitas Lingkungan Singapura Mengalami Penurunan yang Cukup Signifikan Mulai dari Tahun 2014-2018. Penyebab dari menurunnya kualitas lingkungan Singapura dari tahun 2014-2018 adalah karena pertama, kesehatan lingkungan yang disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih. Rendahnya ketersediaan air bersih di Singapura disebabkan karena negara ini tidak memiliki sungai yang airnya melimpah. Sementara kebutuhan air bagi warganya sangat banyak. Jumlah itu sebanyak 45 persen dikonsumsi oleh rumah tangga dan 55 persen dikonsumsi oleh industri. Mengelola dan mengatur air bersih seefektif dan seefisien mungkin harus dilakukan oleh pemerintah Singapura dan warganya, sebab Singapura tidak bisa menggunakan air tanah dan hanya bergantung pada air hujan dan air laut. Sedangkan kebutuhan negara Singapura tidak pernah ada cukupnya. Kemudian kedua yaitu tingkat daur ulang, maraknya sampah yang dibawa wisatawan membuat pemerintah kehabisan lahan untuk tempat pembuangan sampah, bahkan program daur ulang juga tidak banyak membantu karena lebih banyak yang tidak bisa di daur ulang, sertayang terakhir pencemaran udara, seagai negara yang pesat akan pertumbuhan industri, tingkat pencemaran lingkungan juga semakin meningkat. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan pemerintah Singapura diantaranya, keseimbangan ekosistem yang didasarkan pada keanekaragaman hayati dan habitat serta perubahan iklim dan energi. Sebab seperti yang diketahui bahwa Singapura adalah penyumbang polusi terbesar untuk Kawasan Asia- Pasifik. Sektor industri dengan konstruksi bangunan yang memenuhinya, dan juga gedung dengan konsep ramah lingkungan meenjadi penyebab penyumbang polusi. Jejak karbon Singapura sangat kontras dengan pandangan lama bahwa negara ini adalah kota terbersih di Asia. Lalu kebijakan yang berbasis lingkungan seperti menjaga ketersediaan sumber daya alam, melakukan daur ulang limbah, serta mewajibkan pelaku usaha melakukan konservasi lingkungan hidup. Tidak hanya kampanye dan denda, Singapura juga mempekerjakan petugas kebersihan untuk menjaga kota ini tetap bersih. Undang-undang lingkungan di Singapura sudah cukup baik, namun penerapan dilapangan tidak sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Namun, hal ini sulit di jalankan dengan baik karena tingkat wisatawan asing yang begitu tinggi, maka dari itu, kualitas lingkungan di Singapura terus mengalami penurunan.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherJurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, 2019en_US
dc.subjectPenurunan Kualitas Lingkunganen_US
dc.subjectSingapuraen_US
dc.titlePenurunan Peringkat Kualitas Lingkungan Singapura pada Tahun 2018en_US
dc.typeOtheren_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Social and Political Sciences

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Eva Safitri - 140910101031.pdf1.45 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools