Penetapan Aktivitas Antioksidan Tumbuhan Paku di Kabupaten Jombang dengan Menggunakan Metode DPPH

Abstract

Pola hidup masyarakat yang tidak sehat dan adanya perubahan lingkungan yang buruk seperti polusi udara dapat menyebabkan tubuh terpapar radikal bebas. Kurangnya pengetahuan tentang sumber radikal bebas dan bahayanya bagi tubuh sehingga masyarakat tidak menyadari apabila terpapar senyawa radikal bebas. Adanya radikal bebas yang tinggi dalam tubuh dapat memicu berbagai penyakit kronis dan degeneratif serta proses penuaan dan beberapa patologi akut (trauma, stroke). Beberapa penyakit yang dipicu oleh radikal bebas pada manusia seperti penyakit Alzheimer, penyakit ginjal, kanker, fibrosis, kelainan reperfusi jantung, dan lain-lain. Tubuh manusia memiliki mekanisme untuk melawan serangan dari radikal bebas dengan adanya pembentukan antioksidan endogen. Senyawa antioksidan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas sehingga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas. Jika jumlah antioksidan endogen dalam tubuh tidak mencukupi maka dibutuhkan antioksidan dari luar tubuh yang disebut antioksidan eksogen. Antioksidan dari luar tubuh dapat diperoleh dari makanan dan tanaman obat, seperti buah-buahan, sayuran, sereal, jamur, minuman, bunga, rempah-rempah dan jamu tradisional. Penggunaan bahan alam yang umum digunakan sebagai antioksidan adalah tumbuhan. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan alami adalah tanaman Paku (Pteridophyta). Tanaman paku merupakan tanaman vaskular yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Ada sekitar 12.000 spesies paku di seluruh dunia dan 1.300 diantaranya ditemukan di Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan penelitian penetapan aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol tumbuhan paku yang diambil dari kawasan jalan menuju Air Terjun Tretes Kembar Jarak Wonosalam Kabupaten Jombang. Adapun tumbuhan paku yang diteliti antara lain Nephrolepis biserrata (Sw.), Cyclosorus terminans (J.Sm. ex Hook.), Adiantum philippense Linn, dan Adiantum tenerum SW. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi antioksidan dan kandungan fitokimia pada tumbuhan paku (Pteridophyta) di kawasan tersebut. Proses ekstraksi tumbuhan paku ini menggunakan pelarut metanol terdestilasi dengan perbandingan 1:10 menggunakan metode maserasi dan remaserasi. Setelah itu dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui adanya golongan senyawa yang memberikan aktivitas antioksidan yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenolat. Eluen yang digunakan pada proses skrining adalah etil asetat, asam asetat glasial, dan air dengan perbandingan 8:2:0,7. Setelah itu dilakukan pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antioksidan (IC50) dari yang tertinggi hingga terendah secara berturut-turut adalah ekstrak Cyclosorus terminans (J.Sm. ex Hook.) K.H. Shing sebesar 45,994 ± 0,566 µg/mL, Adiantum tenerum SW sebesar 71,994 ± 0,737 µg/mL, Adiantum philippense Linn sebesar 74,407 ± 0,584 µg/mL, dan Nephrolepis biserrata (SW.) Schott sebesar 144,998 ± 0,865 µg/mL. Berdasarkan hasil skrining fitokimia, ekstrak tumbuhan paku Nephrolepis biserrata (SW.) Schott, Cyclosorus terminans (J.Sm. ex Hook.) K.H.Shing, Adiantum philippense Linn dan Adiantum tenerum SW terkandung golongan senyawa terpenoid, fenolat dan flavonoid. Hasil uji statistik menujukkan bahwa keempat sempel memiliki perbedaan bermakna yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 pada uji one way ANOVA dan uji post hoc LSD.