Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/102470
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorFatmawati, Heni-
dc.contributor.advisorNormasari, Rena-
dc.contributor.authorMadyaningtias, Erlanda Putri-
dc.date.accessioned2020-12-10T08:54:44Z-
dc.date.available2020-12-10T08:54:44Z-
dc.date.issued2010-10-27-
dc.identifier.nim072010101013-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/102470-
dc.description.abstractSalah satu obat yang sangat familiar dan sering digunakan oleh masyarakat ialah parasetamol. Parasetamol merupakan golongan obat bebas yang dijual di apotek dan dapat dibeli tanpa menggunakan resep. Hal inilah yang menyebabkan kesalahan penggunaan baik cara maupun dosisnya. Parasetamol (Asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1983. Pada pemakaian dengan dosis terapi obat ini aman untuk digunakan, akan tetapi pada dosis yang cukup tinggi dapat menimbulkan keracunan. Toksisitas parasetamol pada prinsipnya diperantarai oleh suatu metabolit reaktif di dalam hati yaitu N-asetil-p-benzoquinonimina (NAPQI). NAPQI ini bersifat radikal bebas, sehingga untuk menetralisir metabolit ini diperlukan antioksidan. Buah alpukat merupakan salah satu buah yang mengandung antioksidan yang cukup besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah alpukat (Persea americana M.) dalam mencegah kerusakan sel ginjal akibat pemberian parasetamol dosis toksik pada tikus wistar (Rattus narvegicus). Penelitian dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Farmasi Universitas Jember pada bulan Oktober 2010. Sebanyak 30 ekor tikus wistar jantan dibagi dalam 5 kelompok yaitu masing-masing 6 ekor tikus dalam kelompok kontrol negatif (K(-)), kontrol positif (K(+))), perlakuan 1 (P1)), perlakuan 2 (P2) dan perlakuan 3 (P3). Kelompok K(-) diberi placebo berupa larutan CMC 1%, kelompok K(+) diberi larutan parasetamol 2.500 mg/kgBB (dosis tunggal), kelompok P1 diberi jus buah alpukat 0,5 gr/kgBB/hari selama 10 hari dan larutan parasetamol pada hari ke-8, kelompok P2 diberi jus buah alpukat 1,5 gr/kgBB/hari selama 10 hari dan larutan parasetamol pada hari ke-8 dan kelompok P3 diberi jus buah alpukat 4,5 gr/kgBB/hari selama 10 hari dan larutan parasetamol pada hari ke-8. Semua larutan diberikan dengan cara disonde pada masing-masing tikus. Pada hari ke-10 seluruh tikus dikorbankan untuk pembuatan preparat ginjal. Pembuatan preparat histologi ginjal dilakukan dengan metode parafin dan pewarnaan HE. Parameter yang digunakan adalah luas kerusakan sel ginjal dalam 16 lapang pandang dan dianalisis dengan menggunakan uji One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata luas kerusakan ginjal untuk kelompok K(-) adalah sebesar 0,46% dan K(+) sebesar 21,50%, sedangkan untuk kelompok P1, rata-rata luas kerusakan hati adalah 16,49%, kelompok P2 sebesar 10,02% serta kelompok P3 sebesar 6,56%. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kesimpulan adalah jus buah alpukat dapat mencegah kerusakan sel ginjal akibat pemberian parasetamol dosis toksik.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFakultas Kedokteranen_US
dc.subjectJus Alpukaten_US
dc.subjectPersea Americana Men_US
dc.subjectHistopatological Ginjalen_US
dc.subjectParasetamolen_US
dc.subjectDosis Toksiken_US
dc.titlePengaruh Jus Alpukat (Persea Americana M.) terhadap Gambaran Histopatological Ginjal Tikus Wistar (Rattus Narvegicus) yang Diberi Parasetamol Dosis Toksiken_US
dc.typeOtheren_US
Appears in Collections:UT-Faculty of Medical

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Erlanda Putri Madyaningtias 072010101013.pdf full_compressed.pdf9.77 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.

Admin Tools