dc.description.abstract | Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) per juni
2010 menunjukkan bahwa jumlah pria yang memakai alat kontrasepsi hanya sekitar
950.000. Keterbatasan pilihan metode kontrasepsi dijadikan salah satu alasan utama
mengenai rendahnya partisipasi pria dalam KB. Metode kontrasepsi pria yang ada
saat ini hanya meliputi vasektomi, kondom, dan coitus interuptus. Saat ini masih
terus dilakukan upaya untuk mencari metode kontrasepsi pria yang efektif, aman dan
reversibel.
Penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai antifertilitas atau kontrasepsi
telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Salah satu tanaman yang termasuk obat
kontrasepsi pria adalah kunyit (Curcuma longa (L)). Pemberian ekstrak alkohol dan
air rimpang kunyit dosis 500 mg/kg BB tiap hari dapat menurunkan motilitas sperma
dan berat testis pada tikus jantan. Selain itu, penelitian lain menyebutkan terjadinya
perubahan sperma pada kelompok-kelompok perlakuan yaitu adanya aglutinasi,
motilitas sperma menurun sampai tidak ada motilitas, jumlah sperma menurun dan
perubahan bentuk sperma setelah diberikan rimpang kunyit dan zat kandungan
utamanya (analog kurkumin dan minyak atsiri) pada tikus secara in vivo. Sementara
pada alat reproduksinya secara histopatologis terlihat adanya erosi pada testis,
vesikula seminalis, dan kelenjar prostat, namun perubahan histopatologis akan
normal kembali dalam waktu 1 bulan setelah pemberian bahan dihentikan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol
rimpang kunyit (Curcuma longa (L)) terhadap gambaran stadium spermatogenesis
testis mencit jantan galur Balb-C, mengetahui pengaruh perbedaan pemberiaan dosis
ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma longa (L)) terhadap skor spermatogenesis
kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan, mengetahui dosis efektif
ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma longa (L)) dalam menurunkan skor
spermatogenesis sampai menimbulkan azoosperma pada mencit jantan galur Balb-C.
Penelitian ini berjenis eksperimental laboratoris dengan sampel penelitian
terdiri dari 30 ekor mencit jantan yang dibagi ke dalam 6 kelompok. Kelompok
pertama merupakan kelompok kontrol diberi CMC Na 1 % dan kelompok yang
lainnya merupakan kelompok perlakuan yang diberi suspensi ekstrak rimpang kunyit
dengan variasi dosis yang berbeda-beda (35 mg/kg bb, 70 mg/kg bb, 140 mg/kg bb,
280 mg/kg bb, dan 540 mg/kg bb). Perlakuan ini dilaksanakan selama 15 hari, pada
hari ke-16 mencit dibedah dan diambil organ testisnya kemudian dibuat preparat
histopatologi, diamati dan diskoring berdasarkan kriteria Johnsen Like Score.
Berdasarkan data hasil penelitian yang didapat, dilakukan analisis regresi
untuk mengetahui suatu korelasi antara dosis dengan efek yang dihasilkan dan dosis
efektif minimal yang mampu menurunkan skor spermatogenesis. Selanjutnya untuk
membandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang efektif
dalam menurunkan skor spermatogenesis dilakukan analisis menggunakan uji
statistik non parametrik yaitu Krusskal-Wallis yang kemudiaan dilanjutkan dengan
analisis menggunakan Mann-Whitney.
Hasil dari Analisis uji Krusskal-Wallis tersebut menunjukkan nilai signifikasi
sebesar 0,005 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada skor spermatogenesis antar kelompok. Sedangkan hasil uji MannWhitney
dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kelompok dosis
280 dan 560 terhadap kontrol. Dosis efektif ekstrak rimpang kunyit yang dapat
menurunkan skor spermatogenesis sampai menimbulkan azoosperma adalah 181,97
mg/kg BB. | en_US |