Show simple item record

dc.contributor.advisorWIBISONO, Bambang
dc.contributor.advisorASRUMI
dc.contributor.authorSABDANIYAH, Ufinatus
dc.date.accessioned2020-07-05T12:51:52Z
dc.date.available2020-07-05T12:51:52Z
dc.date.issued2019-07-18
dc.identifier.nimNIM160120201022
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/99553
dc.description.abstractPerilaku berbahasa anak berkebutuhan khusus (tunagrahita) menarik dan perlu diteliti karena perilaku berbahasanya unik. Dikatakan unik karena bahasa anak tunagrahita berbeda dengan bahasa anak pada umumnya. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kekurangan secara intelektual, sehingga penggunaan bahasanya pun memiliki beberapa kesalahan secara linguistik, baik secara fonologis maupun sintaksis. Secara fonologis terjadi pada beberapa pengucapan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Selain itu, penyusunan kalimat yang tidak tepat sehingga kalimat menjadi tidak efektif dan susah untuk ditangkap oleh lawan tutur. Penelitian ini merupakan kajian linguistik yang lebih terfokus pada penelitian fonologis dan sintaksis, karena yang tampak menonjol pada subjek penelitian adalah ciri-ciri linguistik berupa bunyi bahasa dan frasa maupun kalimat ketika diucapkannya. Dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa, mereka tidak mengucapkan bunyi bahasa seperti halnya anak normal. Demikian pula, dalam bertutur didapatkan frasa yang tidak sesuai dengan aturan penyusunan frasa pada dasarnya. Penelitian ini membahas dua permasalahan, yakni; 1) ciri-ciri linguistik bahasa anak tunagrahita khususnya fonologi dan sintaksis, dan 2) faktor yang melatarbelakangi munculnya ciri-ciri linguistik bahasa anak tunagrahita. Data dalam penelitian ini berupa kata dan frasa juga berupa informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan orang tua dan guru pendamping siswa. Peneliti memilih dua subjek sebagai sumber data dalam penelitian ini. Kedua subjek tersebut memiliki latar belakang kebutuhan yang sama yakni diagnosa sebagai anak kebutuhan khusus “tunagrahita ringan”, berinisial RH dan ND. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan simak, pancing, dan wawancara (interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis ciri-ciri linguistik bahasa anak tunagrahita secara fonologis, terdapat beberapa bunyi yang tidak dapat dilafalkan secara sempurna. Kesalahan pelafalan bunyi dari kelompok bunyi-bunyi tertentu baik vokal maupun konsonan. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa RH tidak dapat mengucapkan bunyi vokal [a] ketika bunyi tersebut diujarkan dalam satu kalimat, namun ketika bunyi [a] dilafalkan dengan cara menirukan, maka bunyi [a] dilafalkan secara tepat. Pada bunyi vokal [e] ND tidak dapat membedakan cara melafalkan bunyi vokal [ǝ] dan [ɛ] dalam suatu kata. RH dan ND mengalami permasalahan pada pelafalan bunyi vokal [u] yang letaknya berada di tengah dan di akhir, kesalahan lainnya yaitu pada pelafalan bunyi vokal [i] yang letaknya berada setelah bunyi konsonan [L]. Secara konsonan ND dan RH tidak dapat melafalkan bunyi konsonan [b] tengah, [g] awal, [h] akhir, [l] dihilangkan, [p] tengah, dan bunyi konsonan [r] yang letaknya berada di awal, tengah, dan akhir. Secara sintaksis, ND tidak dapat menggunakan struktur yang tepat, sehingga ujuran yang diungkapkannya pun menjadi tidak jelas dan tidak efektif yang menyebabkan lawan tutur susah untuk mengerti maksud yang diucapkan oleh ND. Salah satu contohnya, ND tidak bisa menyusun frasa secara tepat yaitu ND selalu salah meletakkan posisi kata yang diterangkan dan menerangkan atau pola D-M. Dengan penggunaan D-M yang salah di dalam frasa, maka maknanya pun tidak dapat ditangkap secara sempurna, sedangkan RH seringkali menghilangkan kata di dalam kalimat. Oleh karena itu, kalimatnya menjadi tidak efektif. Adapun faktor yang melatarbelakangi munculnya ciri-ciri linguistik bahasa anak tunagrahita disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ND dan RH sering kali terjatuh meskipun usia saat jatuh pun berbeda. Kedua, ND mempunyai saudara yang mengalami kelainan, meskipun bentuk kelainan yang dialami pun berbeda. Akan tetapi, kemungkinan besar adalah salah satu faktor genetik yang menyebabkan terjadinya tunagrahita. Sedangkan, yang terjadi pada RH ialah faktor asupan yang secara tidak sengaja menyebabkan salah satu saraf otak mengalami kelumpuhan sehingga mengalami tunagrahita dan faktor lain yang memicu RH terlambat berbicara ialah kurangnya stimulus dari orang tua untuk merangsang anak melakukan komunikasi.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU BUDAYAen_US
dc.subjectLinguistiken_US
dc.subjectBahasa Anak Tunagrahitaen_US
dc.subjectPsikolinguistiken_US
dc.subjectFonologien_US
dc.titleCiri-Ciri Linguistik Bahasa Anak Tunagrahita (Studi Kasus Dua Anak di SMP Yima Islamic School Bondowosoen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiMagister Ilmu Linguistik
dc.identifier.kodeprodi0120201


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record