Show simple item record

dc.contributor.authorI’in Susanti
dc.date.accessioned2013-12-18T02:41:28Z
dc.date.available2013-12-18T02:41:28Z
dc.date.issued2013-12-18
dc.identifier.nimNIM060210193247
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/9696
dc.description.abstractDemam typhoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit menular akibat infeksi Salmonella typhi. Salmonella typhi termasuk famili entrobacteriuaceae (kuman enterik batang negatif) dan bersifat anaerob fakultatif atau aerob, tidak berspora, intraseluler fakultatif. Salah satu tanaman yang mengandung efek antimikroba terhadap Salmonella typhi adalah sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.) yang mengandung senyawa laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan homoandrografolid. Juga terdapat flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan damar. Mekanisme yang ditimbulkan sambiloto terhadap infeksi Salmonella typhi adalah sebagai anti bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ekstrak daun sambiloto dapat menurunkan demam typhoid dan mengetahui dosis ekstrak daun sambiloto yang paling optimum untuk menurunkan gejala demam typhoid pada Rattus norvegicus L. pasca infeksi Salmonella typhi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan menggunakan 5 kelompok yaitu kelompok perlakuan induksi ekstrak daun sambiloto dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, 800 mg/kgBB, induksi kloramfenikol, dan induksi akuades. Hasil perolehan data dianalisis dengan analisis Anova , dan BNT dari program SPSS 16.00 for window. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan suhu tubuh dan titer antibodi dalam darah tikus tiap masing-masing tahap. Setelah diinduksi dengan ekstrak daun sambiloto, suhu tubuh tikus menunjukkan adanya penurunan seperti terlihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.5. Pada dosis 200 mg/kgBB, suhu tubuh turun dari 39,03ºC menjadi 37,90 ºC; dosis 400 mg/kgBB, suhu tubuh tikus turun dari 38,97 ºC menjadi 37,70 ºC; dosis 800mg/kgBB, suhu tubuh tikus turun dari 39,07 ºC menjadi 37,57 ºC. pada kontrol positif juga mengalami penurunan dari 39,37 menjadi 37,43ºC sedangkan pada kontrol negatif, suhu terus meningkat hingga mencapai suhu 39,63ºC. Titer antibodi O, pada tahap aklimatisasi seluruh sampel menunjukkan negatif. P1 memiliki nilai titer antibodi sebesar 1/80. P2 dan K- memiliki nilai titer antibodi sebesar 1/40. Sedangkan P3 dan K+ memiliki nilai titer antibodi sebesar 1/20. Pada uji widal ke-3 pasca induksi ekstrak daun sambiloto titer antibodi mengalami penurunan menjadi negatif pada semua perlakuan, kecuali pada kelompok K-. Kelompok K- mengalami kenaikan titer antibodi dari 1/40 menjadi 1/60. Antibodi aglutinin yang ada dalam serum penderita muncul karena adanya rangsangan antigen bakteri (baik antigen O, maupun antigen H). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun sambiloto mampu menurunkan demam typhoid berupa penurunan suhu dan penurunan titer antibodi dalam darah tikus putih. Dosis optimum yang mampu menurunkan gejala demam typhoid yaitu 200 mg/kgBB. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti berharap diadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman sambiloto sebagai obat alternatif penyakit lainnya, serta dilakukan pelestarian dan budidaya tanaman sambiloto.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210193247;
dc.subjectEKSTRAK DAUN SAMBILOTOen_US
dc.titlePENGARUH EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees.) TERHADAP DEMAM TYPHOID PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record