Show simple item record

dc.contributor.advisorMUNAWIR, Al
dc.contributor.advisorINDRESWARI, Laksmi
dc.contributor.authorINTANSARI, Adinningtyas
dc.date.accessioned2019-04-10T07:41:13Z
dc.date.available2019-04-10T07:41:13Z
dc.date.issued2019-04-10
dc.identifier.nim152010101103
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/90324
dc.description.abstractIndonesia merupakan negara maritim dengan tiga perempat presentasi wilayahnya berupa laut dengan panjang garis pantai 95.161 km, terpanjang kedua setelah Kanada. Salah satu biota laut yang sering ditemukan ialah ubur-ubur berbentuk gelatinous bodies. Spesies ubur-ubur yang sering ditemukan adalah Physalia utriculus. Beberapa gejala keracunan akibat sengatan ubur-ubur menyebabkan rasa sakit dan gatal pada kulit serta komplikasi pada jantung dan saraf sebagai gejala sistemik akibat racun yang masuk melalui peredaran darah. Respons sistemik melalui peredaran darah menyebabkan hemolisis dan kerusakan pada pembuluh darah. Di Indonesia dilaporkan sebanyak 13 kasus sengatan uburubur pada tahun 2005-2009 dengan tiga orang meninggal akibat sengatan uburubur di daerah Jawa, Bali, dan Bangka. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Jember. Biji kakao mengandung lemak, karbohidrat, protein, dan senyawa polifenol yang berguna sebagai antioksidan. Polifenol yang terkandung pada kakao berupa epicathechin, catechins, dan procyanidins berfungsi untuk memberikan perlindungan dan memperkuat resistensi terhadap hemolisis. Metode hemolisis merupakan salah satu uji aktivitas racun yang sederhana dan dapat dilihat secara langsung. Racun ubur-ubur membentuk ikatan pada membran sel target diikuti adanya oligomerisasi membentuk pori-pori membran. Pembentukan pori-pori membran pada sel eritrosit inilah menyebabkan hemolisis. Komponen peptida litik menyebabkan peningkatan permeabilitas sel yang berpengaruh terhadap transpor ion, pembengkakan sel, dan terjadinya lisis akibat perbedaan tekanan osmotik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian true experimental secara in vitro dengan rancangan post test only control group design, yaitu penilaian hanya dilakukan setelah mendapat perlakuan berupa pemberian ekstrak kakao. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah whole blood 3 ml yang diambil dari manusia sehat dengan golongan darah O, berusia 21 tahun, dan tidak memiliki riwayat penyakit koagulan. Pemilihan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Sampel berupa 28 sampel eritrosit yang telah dipilih dibagi menjadi tujuh kelompok, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol positif, kontrol negatif, dan perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol kakao 0,2%, 0,1%, 0,04%, dan 0,02%. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampel eritrosit. Hasil penelitian didapatkan rata-rata kecepatan lisis eritrosit pada kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol kakao 0,2%, 0,1%, 0,04%, dan 0,02% berturut-turut (detik ± standar deviasi) ialah 858,25 ± 94,44; 1.000,5 ± 159,93; 678,5 ± 19,71; dan 1.006 ± 159,50. Rata-rata kecepatan lisis eritrosit pada kelompok kontrol negatif sebesar 1.025 ± 164.63, kelompok kontrol positif dengan pemberian N-Acetylcystein, dan kelompok kontrol normal dapat bertahan hingga satu jam setelah pemberian racun. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol kakao dengan kadar 0,2%, 0,1%, 0,04%, dan 0,02% tidak berpotensi menghambat kerusakan eritrosit yang telah diinduksi racun Physalia utriculus secara in vitro.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectEtanolen_US
dc.subjectEtanol Kakaoen_US
dc.subjectTheobroma cacao L.en_US
dc.subjectEritrositen_US
dc.subjectIn Vitroen_US
dc.titlePotensi Ekstrak Etanol Kakao (Theobroma Cacao L.) dalam Menghambat Kerusakan Eritrosit yang Diinduksi Racun Physalia utriculus Secara In Vitroen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record