Show simple item record

dc.contributor.advisorSUMARDI
dc.contributor.advisorTRAPSILASIWI, Dinawati
dc.contributor.authorAMANAH, Roma Hidayatul
dc.date.accessioned2018-06-24T02:21:18Z
dc.date.available2018-06-24T02:21:18Z
dc.date.issued2018-06-24
dc.identifier.nimNIM140210101078
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85926
dc.description.abstractKegiatan belajar dilakukan sejak kecil hingga dewasa. Kegiatan belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja asalkan memberikan pengetahuan baru yang bisa dipelajari. Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah saja, namun bisa dilakukan di luar sekolah seperti belajar dengan keluarga di rumah dan belajar di lingkungan sekitar dengan masyarakat. Aktivitas belajar setiap individu tidak selalu bisa berjalan dengan lancar. Kegiatan belajar kadang lancar, kadang tidak. Siswa terkadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang teramat sulit. Semangat siswa dalam belajar kadang tinggi, terkadang juga sulit untuk berkonsentrasi belajar. Hal ini akan menjadi hambatan siswa dalam kegiatan belajar yang menyebabkan kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar siswa dapat dilihat secara langsung dengan mengamati tingkah laku siswa. Ada tiga macam kesulitan belajar siswa yaitu kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgrafia), dan kesulitan matematika (diskalkulia). Kesulitan belajar matematika (diskalkulia) pada siswa memang sulit dipahami oleh orang tua. Diskalkulia dikenal juga dengan istilah math difficulty karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Pembelajaran yang sesuai dengan siswa diskalkulia adalah pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam satu kelompok untuk membangun pegetahuan dan mencapai tujuan bersama melalui interaksi sosial di bawh bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas. Melalui pembelajaran kolaboratif, siswa akan merasa materi yang diberikannya lebih jelas bila dibandingkan dengan membaca buku atau mendengarkan penjelasan guru. Pembelajaran itu membuat siswa belajar bersama dan berbagi beban dengan siswa sebayanya. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode ceramah yang terfokus pada guru. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan profil kolaborasi siswa diskalkulia dalam menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII di MTs Negeri Satu Atap. Sekolah ini terletak di perbatasan jember-Banyuwangi, tepatnya di desa Garahan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif karena dalam penelitian ini akan menjelaskan atau mendeskripsikan tentang kolaborasi siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang dipaparkan berupa kata-kata yang dirangkai dalam bentuk kalimat bukan berupa nilai atau angka saja. Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas VII yang mengalami kesulitan belajar matematika (diskalkulia). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, tes, dan wawancara. Pengambilan data dilakukan selama tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 12 Februari 2018. Pertemuan pertama bertujuan untuk melakukan observasi awal dalam menentukan subjek penelitian. Pertemuan kedua dilakukan padaa tanggal 14 Februari 2018. Pertemuan kedua bertujuan untuk meraih data siswa yang mengalami diskalkulia dengan cara melakukan tes diagnostik kesulitan belajar matematika. Pertemuan ketiga dilakukan pada taanggal 19 Februari 2018. Pertemuan ketiga ini bertujuan untuk meraih data kolaborasi siswa diskalkulia dengan cara memberikan tes berpikir tingkat tinggi yang dikerjakan secara berkelompok. Setelah dilakukan pengambilan data dapat dikemukakan bahwa terdapat siswa diskalkulia di MTs Negeri Satu Atap pada siswa kelas VII A. Siswa diskalkulia memiliki kelemahan dalam hal number sense atau intuisi pada angka. Ada tiga komponen number sense yaitu aritmetika dasar, pengetahuan angka, dan kemampuan berhitung. Selain kelemahan pada number sense, siswa diskalkulia juga masih banyak yang melakukan kesalahan saat menempatkan simbol-simbol matematika. Siswa diskalkulia juga melakukan kesalahan saat proses pengerjaan soal sehingga siswa tersebut tidak dapat menyelesaikan tes dengan baik. Terdapat 6 siswa yang mengalami diskalkulia pada kelas VII di MTs Satu Atap. Saat dilakukan tes berpikir tingkat tinggi untuk meraih data kolaborasi, hanya 5 siswa yang melakukan kolaborasi karena salah satu siswa diskalkulia tidak hadir. Setelah melakukan kolaborasi, siswa diskalkulia dapat menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi. Siswa diskalkulia melakukan kolaborasi dengan baik sesuai dengan indikator kolaborasi siswa. Siswa diskalkulia juga merasa lebih mudah mengerjakan soal dengan melakukan kolaborasi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries140210101078;
dc.subjectKOLABORASI SISWAen_US
dc.subjectDISKALKULIAen_US
dc.subjectBERPIKIR TINGKAT TINGGIen_US
dc.titlePROFIL KOLABORASI SISWA DISKALKULIA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERPIKIR TINGKAT TINGGIen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record