Show simple item record

dc.contributor.authorPrasetyo, Hery
dc.contributor.authorRosa, Dien Vidia
dc.date.accessioned2018-04-16T02:35:03Z
dc.date.available2018-04-16T02:35:03Z
dc.date.issued2018-04-16
dc.identifier.isbn978-602-70408-8-5
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85350
dc.descriptionBAHASA JAWA DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA (Prosiding Seminar Nasional Pra-Kongres Bahasa Jawa VI 2016 11 Juni 2015 diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Kebudayaan Nasional Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Bekerjasama dengan Balai Bahasa Yogyakarta dan Asosiasi Peneliti Bahasa Daerah DIY)en_US
dc.description.abstractArtikel ini membahas tentang praktik lokalitas bahasa Jawa, khususnya pada ruang-ruang enclave kultural. Pada setting yang terbentuk melalui pluralitas posisi dan akar kultural, subjek yang berbicara dan dialogisme kultur tampil secara ambivalen, bukan hanya pada peniadaan akar identitasnya melainkan pada situasi kekinian yang mengharuskan dirinya mentransformasi kesadaran. Pada titik tersebut, bahasa menampilkan bentuk transformasi kultural dan basis ekonomi-politik sang subjek. Sementara wilayah enclave menjadi spesifik ketika subjek menghadirkan dirinya pada keterbatasan naturalitas geografis, situasi sosial yang tertutup dan terpinggirkan. Wilayah enclave menjadi penanda titik terluar dari keterpusatan kuasa bahasa yang menciptakan kedisiplinan dan menandai adanya penampakan fragmentasi ruang jangkauan kekuasaan. Sementara disisi lain, bahasa yang tampil dalam kultur urban menjadi ruang pendisiplinan melalui sistem bahasa nasional. Kategori dan kontradiksi praktik kultural antara enclave dengan urban memunculkan persoalan bagaimana subjektivitas penutur bahasa menjadi bagian yang berserakan dalam relasi kultural yang membentuk praktik subjek penutur. Dengan setting politik kebahasaan, peneliti melihat situasi yang secara sistematis mampu menciptakan ruang-ruang kebahasaan. Kuasa bahasa atas bahasa Jawa kemudian tidak lebih dari sekedar menjadi kategori kultural yang dikenali oleh sistem kebudayaan yang menjadi bagian dan mereproduksi posisi-posisi subjek yang berbicara. Dengan demikian, subjek tersebut menjadi bagian eksotisasi tradisi dan berhadapan dengan standarisasi negara atas kemungkinan munculnya pluralitas tradisi. Bagi peneliti hal tersebut bukan lagi persoalan bagaimana negara sebagai legitimator tradisi lokal mampu membatasi ruang gerak bahasa tetapi menjadi bagian dari bagaimana eksotisme tradisi dan bahasa ditempatkan pada persoalan kembalinya budaya sebagai kekuatan melawan dominasi kebahasaan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectdominasien_US
dc.subjectenclaveen_US
dc.subjecteksotismeen_US
dc.subjecthegemonien_US
dc.subjectpolitik bahasa lokalen_US
dc.title(auto)eksotisme (ke/Pem) Bahasa(an): Menafsir Ulang Fragmentasi Politik Ruang Kulturalen_US
dc.typeProsidingen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record