Show simple item record

dc.contributor.advisorPriyantari, Nurul
dc.contributor.advisorSupriyad
dc.contributor.authorGultom, Darma Winhaler
dc.date.accessioned2018-02-20T03:15:02Z
dc.date.available2018-02-20T03:15:02Z
dc.date.issued2018-02-20
dc.identifier.nim131810201013
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/84340
dc.description.abstractSalah satu TPA yang ada di Jember adalah TPA Pakusari. TPA ini terletak di Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember yang memiliki luas sekitar 6,8 hektar. Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya, khususnya di tiga wilayah kecamatan kota yaitu Patrang, Sumbersari, dan Kaliwates. Sampah yang dibuang di TPA Pakusari kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar dan sampah rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Sistem pemrosesan sampah pada TPA ini menggunakan metode open dumping-landfill. Metode open dumping-landfill merupakan metode yang hanya menimbun sampah tanpa ada perlakuan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Lindi yang dihasilkan dari TPA ini akan merembes ke sekitar saluran air yang berada di bawah permukaan tanah sehingga dapat mengakibatkan pencemaran tanah. Lindi tersebut berpotensi menyebabkan pencemaran air tanah maupun permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik. Oleh karena itu, peneliti ingin mendeteksi kondisi bawah permukaan di 3 lokasi yaitu, lokasi sampah baru (pusat pembuangan sampah), lokasi pembuangan sampah yang sudah mengalami pembusukan dan lokasi pembuangan sampah yang sudah tidak digunakan. Pemilihan lokasi tersebut diambil dengan harapan di lokasi sampah baru yang merupakan pusat pembuangan sampah akan menunjukkan akumulasi lindi tertinggi. Lokasi kedua merupakan lokasi pembuangan sampah yang sudah mengalami pembusukan. Hasil yang diharapkan adanya gas metana yang bervariasi bergantung pada karakteristik sampah dan kondisi di landfill tersebut. Lokasi ketiga adalah lokasi pembuangan sampah yang tidak dipakai lagi. Hasil yang diharapkan akan menunjukkan keberadaan anomali konduktif sebagai indikator keberadaan lindi lebih sedikit dibandingkan keberadaan gas metana. Kondisi bawah permukaan di TPA Pakusari akan diidentifikasi dengan metode geolistrik Wenner-Schlumberger dengan memasang 4 elektroda yang dihubungkan dengan resistivity meter. Sedangkan penentuan lintasan dilakukan dengan mengambil titik titik lintasan sepanjang 54 m untuk kondisi sampah baru (pusat pembuangan sampah), 42 m untuk lokasi pembuangan sampah yang sudah mengalami pembusukan dan 60 m untuk lokasi pembuangan sampah yang tidak digunakan lagi. Parameter yang didapatkan berupa kuat arus (mA), tegangan (mV) dan spasi (m). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Res2Dinv. Data yang dimasukkan ke software tersebut berupa resistansi, spasi dan nilai resistivitas semu yang akan menghasilkan gambar struktur bawah permukaan tanah yang diwakili oleh citra warna yang berbeda. Hasil citra resistivitas tersebut digunakan untuk mengidentifikasi adanya akumulasi lindi dan gas metana dengan mengacu pada tabel resistivitas batuan dan mineral. Anomali yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan polutan sampah yang diasumsikan sebagai fluida konduktif (lindi) sedangkan akumulasi yang diduga sebagai gas metana berada di lokasi yang berdekatan dengan lindi. Akumulasi gas metana memiliki kontras nilai resistivitas yang signifikan jika dibandingkan pada titik pengukuran lain. Dari hasil inversi data resistivitas diperoleh hasil pada lokasi sampah baru (pusat pembuangan sampah), letak akumulasi lindi terlihat dari titik awal pengukuran sampai akhir pengukuran. Pada lintasan 1 didapatkan nilai resistivitas 0.750 - 6.81 Ωm. Pada lintasan 2 didapatkan nilai resistivitas 0.387 – 3.69 Ωm. Akumulasi gas metana memiliki kontras nilai yang signifikan dan berada di lokasi yang berdekatan dengan lindi dengan nilai resistivitas 61.6 – 128 Ωm di lintasan 1 dan 35.2 – 74.7 Ωm di lintasan 2. Pada lokasi pembuangan sampah yang sudah mengalami pembusukan akumulasi lindi bisa dikatakan mendominasi yang disebabkan lokasi ini sampah sudah mengalami dekomposisi secara alami dan akibat masuknya air eksternal ke dalam tanah akan menghasilkan akumulasi lindi yang menyebar dari awal sampai akhir lintasan pengukuran sedangkan gas metana terlihat di bawah permukaan karena perubahan kondisi lokasi penelitian dari sistem open dumping ke control landfill sehingga akumulasi gas metana berada di bawah permukaan dengan nilai resistivitas 31.7 – 6685 Ωm dengan kedalaman 5.56–7.46 m. Pada lokasi 3 pembuangan sampah yang tidak digunakan lagi didapatkan akumulasi lindi dengan nilai resistivitas 0.0866 – 9.30 Ωm sedangkan akumulasi gas metana berada di sebagian kecil titik pengukuran dengan nilai resistivitas 58.7 – 381 Ωm karena pada lokasi ini sudah tertutup dengan tanah sehingga menyebabkan degradasi anaerob tidak berlangsung dan tidak menghasilkan senyawa organik seperti gas metana.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectAkumulasi Lindi dan Gas Metanaen_US
dc.subjectGeolistrik Konfigurasi Wenner – Schlumbergeren_US
dc.titleIDENTIFIKASI AKUMULASI LINDI DAN GAS METANA DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (Studi Kasus : Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari Jember)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record