Show simple item record

dc.contributor.authorRini, Septia Mustika
dc.date.accessioned2017-11-06T02:20:43Z
dc.date.available2017-11-06T02:20:43Z
dc.date.issued2017-11-06
dc.identifier.nim130210101104
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/83012
dc.description.abstractKemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang penting dimiliki oleh siswa. Hal ini dikarenakan berpikir kritis berkaitan erat dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan menjadikan seorang siswa lebih mandiri dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Salah satu permasalahan yang dapat memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah soal PISA. PISA (Programme for International Student Assesment) merupakan suatu studi internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Corporation and Development) yang mengkaji kemampuan literasi matematika yang diikuti oleh beberapa negara termasuk Indonesia. Penilaian pada peserta memberikan informasi tentang bagaimana individu dapat merespon dikemudian hari dengan beragam situasi yang akan mereka hadapi yang melibatkan matematika. Masing-masing kemampuan yang dimiliki oleh siswa berbeda-beda, terdapat siswa yang dapat secara mandiri dalam menyelesaiakan masalah namun ada yang masih perlu bimbingan. Scaffolding dapat diberikan sebagai bantuan kepada siswa karena hal yang diajarkan oleh guru atau seseorang yang lebih tahu kemungkinan dapat diingat pada kemudian hari. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan soal PISA dan bentuk scaffolding yang diberikan . Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 5 MAN 2 Jember yang berjumlah 35 siswa. Subyek penelitian diberikan tes soal PISA sebanyak 3 soal kemudian hasil jawaban siswa dikoreksi sesuai dengan pedoman penskoran yang telah dibuat. Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan berpikir kritis yang didapat melalui nilai tes yang terdiri dari kelompok kategori tinggi, kelompok kategori sedang dan kelompok kategori rendah, dari masing-masing kelompok tersebut dipilih dua subyek sebagai perwakilan tiap kelompok untuk dilakukan wawancara mendalam terkait kemampuan berpikir kritis yang tidak bisa dilihat hanya dengan jawaban siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa pada kelompok tinggi cenderung mampu memenuhi semua aspek kemampuan berpikir kritis yakni interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi dan regulasi diri. Pada siswa kelompok sedang cenderung mampu memenuhi indikator interpretasi dan cukup mampu memenuhi aspek analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Pada siswa kelompok rendah cenderung mampu memenuhi aspek interpretasi namun cenderung tidak mampu memenuhi aspek analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi dan regulasi diri. Scaffolding yang diberikan kepada siswa berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, bagi siswa dengan kelompok tinggi tidak diberikan bentuk scaffolding apapun, pada siswa dengan kelompok sedang bentuk scaffolding yang diberikan adalah developing conceptual thinking. Pada siswa dengan kelompok rendah bentuk scaffolding yang diberikan adalah explaining, reviewing dan resctructuring. Dari hasil penelitian ini guru dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dan dari hasil tersebut dapat menentukan tindakan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir kritis salah satunya dengan menggunakan scaffolding.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectSCAFFOLDINGen_US
dc.subjectBERPIKIR KRITISen_US
dc.titleANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X IPA 5 MAN 2 JEMBER DALAM MEMECAHKAN SOAL PISA DAN BENTUK SCAFFOLDING YANG DIBERIKANen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record