Show simple item record

dc.contributor.advisorHariyono, Akhmad
dc.contributor.authorArif, Rudi Sholekhan
dc.date.accessioned2017-10-27T06:46:44Z
dc.date.available2017-10-27T06:46:44Z
dc.date.issued2017-10-27
dc.identifier.nim960103101011
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/82723
dc.description.abstractAbad ke 21 tahun 2000 telah tiba, millenium III telah mulai sementara abad 20 telah lewat dengan meninggalkan sejarah guratan panjang yang tak mudah dilupakan. Pada gerbang pergantian abad ini layak kiranya kalau kita menoleh sejenak, menengok saat-saat terakhir abad 20 yang dimulai dari penyelesaian UU Nomor 9 tahun 1990, tentang kepariwisataan, berdasarkan UU tersebut kegiatan-kegiatan pengembangan kepariwisataan mempunyal rujukan dasar serta arah yang jelas. Sayangnya kegiatan pengembangan kepariwisataan yang terakhir menunjukkan hasilnya tersebut, sempat terguncang oleh krisis nasional serta citra yang kurang menguntungkan. Kepariwisataan jatuh terpuruk pada titik terendah terutama pada penghujung tahun 1997. Terpuruknya kepariwisataan nasional yang dirasakan oleh Jawa Timur tersebut telah diperparah oleh beredarnya Travel Advisory dari beberapa negara. Sementara itu, sinyal masa perekonomian mengingatkan bahwa pada masa itu adalah masa persiapan memasuki era perdagangan bebas yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Diantara berbagai kesulitan dan keterbatasan itu kepariwisataan Jawa Timur menggeliat melepaskan diri dari ikatan irama genderang yang tidak menguntungkan. Dilakukanlah berbagai gebrakan yang bersifat signifikan antara lain diterbitkannya majalah pariwisata yang salah satu sasarannya adalah memberikan informasi yang benar serta untuk membangun aspek pasar. Dalam tahun yang sama, Jawa Timur menyelenggarakan pasar Wisata Internasional Majapahit Travel Fair 1999, dengan jumlah buyer yang melebihi target. Upaya Jawa Timur tidak berhenti sampai disitu, pada saat Konferensi Wisata Dunia di Bali. Jawa Timur menyampaikan ide untuk menyelenggarakan Culture Tourism Jambore 2000 (CTJ 2000) sebagai pemasaran langsung wisata budaya. Tentunya kondisi yang tercipta yang menguntungkan kepariwisataan tersebut tidak boleh tenggelam bersama abad 20, melainkan harus dimanfaatkan sebagai pedoman pembangunan kepariwisataan pada awal abad 21 ini.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAMen_US
dc.subjectPERTUMBUHAN EKONOMIen_US
dc.subjectKABUPATEN BANYUWANGIen_US
dc.titleUPAYA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM BAGI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BANYUWANGIen_US
dc.typeDiploma Reporten_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record