Show simple item record

dc.contributor.advisorSusanto
dc.contributor.advisorFatahillah, Arif
dc.contributor.authorLestari, Erna
dc.date.accessioned2017-08-04T02:24:13Z
dc.date.available2017-08-04T02:24:13Z
dc.date.issued2017-08-04
dc.identifier.nim130210101062
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80760
dc.description.abstractPenguasaan konsep matematika merupakan bagian yang sangat penting untuk dapat menyelesaikan permasalahan matematika, akan tetapi, dalam praktiknya pembelajaran matematika di sekolah tidak selalu berhasil seperti yang diharapkan karena banyaknya suatu hambatan. Hambatan tersebut ditandai dengan adanya miskonsepsi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2015) dan hasil wawancara dengan guru SMP Negeri 4 Jember diketahui bahwa siswa kelas VII masih kesulitan dalam mengurutkan langkah penyelesaian, memahami soal, menggunakan rumus, serta memahami materi aritmatika sosial. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa tersebut telah mengalami miskonsepsi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendiskripsikan bentuk-bentuk miskonsepsi siswa, menentukan persentase bentuk-bentuk miskonsepsi siswa, dan mengetahui faktor penyebab terjadinya miskonsepsi siswa pada materi aritmatika sosial siswa kelas VII SMP Negeri 4 Jember. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 4 Jember berjumlah 36 siswa yaitu siswa kelas VIIC. Pengumpulan data berdasarkan hasil tes siswa dan wawancara dengan enam siswa. Berdasarkan hasil penelitian didapat bentuk miskonsepsi terjemahan yaitu kesalahan menterjemahkan yang diketahui dari soal dan kesalahan menterjemahkan huruf menjadi bilangan. Bentuk miskonsepsi konsep yaitu miskonsepsi konsep tara, diskon, pajak, serta bunga tabungan. Bentuk miskonsepsi strategi yaitu kesalahan strategi pada perhitungan netto, harga jual, diskon dan pajak, serta waktu lama menabung. Bentuk miskonspsi sistematik yaitu langkah penyelesaian yang kurang tepat dan tidak jelas maksud perhitungan netto, harga jual dan jangka waktu menabung. Bentuk miskonsepsi tanda yaitu kesalahan memahami tanda persen menjadi bentuk , kesalahan menggunakan tanda sama dengan (=), kesalahan penggunaan tanda operasi perkalian. Bentuk miskonsepsi berhitung yaitu kesalahan pada pengoperasian harga jual, penentuan hasil untung-rugi, penentuan harga jual dan perhitungan bunga tabungan total. Persentase miskonsepsi terjemahan menterjemahkan yang diketahui dari soal sebesar 36,1%, persentase miskonsepsi terjemahan dalam menterjemahkan huruf menjadi bilangan sebesar 36,1%. Persentase miskonsepsi konsep tara sebesar 41,6%, miskonsepsi konsep diskon dan pajak sebesar 63,9%, miskonsepsi konsep bunga tabungan sebesar 97,2%. Persentase miskonsepsi strategi perhitungan netto dan harga jual sebesar 44,4%, perhitungan diskon dan pajak sebesar 27,7%, penggunaan rumus waktu lama menabung sebesar 94,4%. Persentase miskonsepsi sistematik pada perhitungan netto sebesar 56,5%, pada perhitungan harga jual sebesar 61,1%, pada perhitungan waktu menabung sebesar 94,4%. Persentase miskonsepsi tanda persen pada perhitungan tara sebesar 8,3%, miskonsepsi tanda persen tidak diubah kebentuk sebesar 27,7%, miskonsepsi tanda operasi matematika sama dengan (=) sebesar 11,1%, miskonsepsi tanda operasi perkalian seharusnya tanda operasi penjumlahan sebesar 47,2%, miskonsepsi tanda operasi perkalian seharusnya tanda operasi pembagian sebesar 55,5%. Persentase miskonsepsi berhitung pada pengoperasian harga jual dan hasil untung-rugi sebesar 58,3%, pada penentuan harga HP terkait materi diskon dan pajak sebesar 61,1%, pada perhitungan bunga tabungan total sebesar 97,2% . Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi siswa pada materi aritmatika sosial yaitu rendahnya kemampuan matematika siswa, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi, siwa kurang teliti dalam membaca soal dan perhitungan, kurangnya latihan soal dan pengalaman belajar, siswa kesulitan dalam menentukan rumus, kurangnya minat belajar siswa, perasaan kurang senang terhadap matematika, rendahnya motivasi belajar matematika, perasaan takut dan malu bertanya pada guru. Saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya guru lebih mengajarkan sistematika langkah penyelesaian dengan tepat dan memperbanyak latihan soal.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectMISKONSEPSI SISWAen_US
dc.subjectMATERI ARITMATIKA SOSIALen_US
dc.subjectSMP NEGERI 4 JEMBER;en_US
dc.titleANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 JEMBERen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record