Show simple item record

dc.contributor.advisorSakinah, Elly Nurus
dc.contributor.advisorJauhani, Muhammad Afiful
dc.contributor.authorYuniasih, Ni Nyoman
dc.date.accessioned2017-07-12T03:20:55Z
dc.date.available2017-07-12T03:20:55Z
dc.date.issued2017-07-12
dc.identifier.nimNIM132010101024
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80325
dc.description.abstractNefropati diabetik merupakan komplikasi mikroangiopati Diabetes Melitus (DM) yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal. Hiperglikemia kronik pada penderita DM dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonezimatik asam amino, lipid, dan protein (reaksi Mallard dan Browning) yang mengarah ke pembentukan Advanced Glycation End-Products (AGEs) dan Advanced Lipid Peroxidation End-Products (ALEs). Salah satu marker untuk mengetahui tingginya peroksidasi lipid yang mengarah ke pembentukan ALEs dapat melalui pemeriksaan kadar MDA serum. Pembentukan AGEs dan ALEs mengakibatkan terjadinya ekspansi mesangium, kerusakan glomerulus, dan atau atau fibrosis tubulointerstitial. Kerusakan glomerulus ginjal menyebabkan penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang mengarah kepada terjadinya peningkatan kreatinin serum. Antioksidan dapat digunakan untuk mencegah nefropati diabetik. Alga Cokelat (Sargassum sp.) memiliki beberapa kandungan antioksidan, antara lain sargachromenol (derivat tocotrienol vitamin E), phlorotannins, dan vitamin C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis efektif maksimum dari ekstrak metanol alga cokelat (Sargassum sp.) dalam menghambat peningkatan kadar malondialdehid serta kreatinin serum sebagai prevensi gangguan fungsi ginjal pada tikus putih (Rattus novergicus strain Wistar) model nefropati diabetik. Jenis penelitian ini menggunakan quasi experimental secara in vivo dengan rancangan posttest only control group design. Sampel penelitian yaitu tikus putih jantan (Rattus novergicus strain Wistar), berumur 2-3 bulan, berat badan 150-200 gram. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol normal yang diberikan larutan Na-CMC 0,5% (K1), kelompok kontrol negatif yaitu tikus diabetes dan diberikan larutan Na-CMC 0,5% (K2), kelompok tikus diabetes dengan diberi ekstrak dosis 150 mg/kgBB (K3), kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak ekstrak dosis 300 mg/kgBB (K4), kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak dosis 450 mg/kgBB (K5). Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Tikus diadaptasi selama satu minggu, kemudian tikus dipuasakan selama delapan jam dan diperiksa kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) selanjutnya tikus diinduksi STZ secara intraperitoneal sebanyak 55 mg/kgBB. Tujuh hari kemudian, tikus dipuasakan dan diperiksa kembali kadar GDP, untuk menilai terjadinya hiperglikemia. Nefropati diabetik terjadi tiga minggu setelah diinduksi STZ. Ekstrak diberikan dalam 14 hari setelah tikus dinyatakan hiperglikemia, karena tujuan penelitian adalah mencegah gangguan fungsi ginjal. Pemberian ekstrak beserta pelarutnya dilakukan peroral. Pada hari ke-21 setelah induksi STZ, dilakukan terminasi. Data kontrol normal dan kontrol negatif kemudian di uji menggunakan analisis statistik parametrik One Way Annova, sedangkan untuk mencari dosis efektif maksimum dari ekstrak metanol alga cokelat terhadap kadar viii ix malondialdehid serta kadar kreatinin serum digunakan uji regresi model quadratic dengan berdasarkan pada hasil curve estimation. Hasil pengukuran kadar MDA serum yakni pada kelompok kontrol normal didapatkan hasil 6,820±0,261 nmol/mL, sedangkan dosis ekstrak 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 450 mg/kgBB didapatkan hasil berturut-turut 7,783±0,456 nmol/mL; 6,904±0,475 nmol/mL dan 7,176±0,429 nmol/mL, lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yaitu 7,957±0,345 nmol/mL. Hasil pengukuran kadar kreatinin serum yakni pada kelompok kontrol normal didapatkan hasil 0,4072±0,0994 mg/dL, sedangkan kelompok dosis 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB dan 450 mg/kgBB didapatkan hasil berturut-turut 0,4314±0,2313 mg/dL; 0,7167±0,0605 mg/dL dan 0,8613±0,0904 mg/dL, lebih rendah dibanding kelompok kontrol negatif yaitu 2,322±0,2338 mg/dL. Hasil pengukuran kadar MDA serum serta kadar kreatinin serum menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada kelompok kontrol normal dibandingkan kelompok kontrol negatif yang tidak diberikan ekstrak, hal tersebut menunjukkan tikus model nefropati diabetik telah mengalami gangguan fungsi ginjal. Hasil uji regresi menggunakan kurva quadratic didapatkan dosis efektif maksimum untuk menghambat peningkatan kadar MDA serum yakni 433 mg/kgBB, sehingga penggunaan ekstrak metanol alga cokelat yang melebihi dosis tersebut telah menunjukkan penurunan efek penghambatan peroksidasi lipid. Hasil uji regresi menggunakan kurva quadratic didapatkan dosis efektif maksimum untuk menurunkan kadar kreatinin serum yakni 238 mg/kgBB, sehingga penggunaan ekstrak metanol alga cokelat yang melebihi dosis tersebut telah menunjukkan penurunan efek penghambatan gangguan fungsi ginjal.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries132010101024;
dc.subjectEkstrak Metanol Alga Cokelaten_US
dc.subjectPrevensi Gangguan Fungsi Ginjalen_US
dc.titleEfektivitas Ekstrak Metanol Alga Cokelat terhadap Kadar Malondialdehid dan Kreatinin Serum sebagai Prevensi Gangguan Fungsi Ginjalen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record