Show simple item record

dc.contributor.authorAGUS HASAN ASHARI
dc.date.accessioned2015-03-20T10:06:22Z
dc.date.available2015-03-20T10:06:22Z
dc.date.issued2015-03-20
dc.identifier.nimNIM101510501037
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/61911
dc.description.abstractPengaruh Maternal 5 Tetua Dan 12 Hasil Silangan Kedelai Terhadap Serangan Ulat Grayak Spodoptera litura (Fab.); Agus Hasan Ashari, 101510501037; 2014; 41 halaman; Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Hama ulat grayak menjadi salah satu hama utama pada tanaman kedelai. Rendahnya produksi kedelai nasional salah satunya disebabkan oleh serangan ulat grayak yang mengakibatkan kehilangan hasil 40% bahkan puso bila tidak segera ditangani. Tingginya aplikasi pestisida kimia yang dilakukan petani menyebabkan masalah baru yaitu munculnya individu yang tahan terhadap aplikasi pestisida tertentu. Salah satu alternatif yang ditawarkan ialah penggunaan varietas tahan. Varietas tahan dinilai mampu menjadi alternatif pengendalian hama dan sesuai dengan prinsip PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang gencar dilakukan saat ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pewarisan sifat ketahanan dari tetua betina atau tetua jantan terhadap keturunan hasil persilangannya dan perbedaan tingkat ketahanan dari 5 tetua dan 12 hasil persilangan genotipe kedelai terhadap serangan ulat grayak. Metode yang dilakukan pada penelitian ini ialah metode uji inang tanpa pilihan (no choice test), pada metode ini ulat grayak dipaksa untuk memakan tanaman inang yang tersedia tanpa ada pilihan lain, dengan uji inang tanpa pilihan ini dapat diketahui respon mekanisme ketahanan tanaman pada seberapa besar nilai serangan yang ditimbulkan oleh ulat grayak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 tetua dan 12 hasil per- silangannya yang memiliki tingkat ketahanan paling tinggi dengan meng- gunakan metode uji inang tanpa pilihan adalah genotipe IAC 100 dan W/80-2-420 untuk tetuanya dengan tingkat kerusakan rata-rata berturut-turut (42,92%) dan (53,50%) dari 2 kali pengamatanya itu pada 60 Hsi dan 67 Hsi sedangkan untuk 12 hasil persilangannya ialah genotipe (GHJ-6 x W/80-2-4-20) dan (GHJ-6 x IAC 100 dengan tingkat kerusakan rata-rata berturut-turut (48,72%) dan (33,52%). vi Untuk genotipe tetua yang memiliki tingkat ketahanan paling rendah adalah genotipe IAC 80 dengan intensitas kerusakan (63,81%) sedangkan untuk 12 hasil persilangannya ialah genotipe (W/80-2-4-20 x GHJ-6) dengan tingkat kerusakan sebesar (62,25%). Tingginya tingkat ketahanan juga diikuti dengan tingginya jumlah biji dan jumlah biji bernas dengan rata-rata (87,3) dan (58,83) pada genotipe IAC 100 serta (256,3) dan (64,83) pada genotipe W/80-2-4-20. Genotipe GHJ-7 merupakan genotipe tetua yang memiliki hasil paling tinggi dengan bobot 100 biji rata-rata (13,5 g) sedangkan untuk 12 hasil persilangannya ialah genotipe (GHJ-7 x IAC 100) dengan bobot 100 biji rata-rata (15,2 g).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries101510501037;
dc.subjectPENGARUH MATERNAL 5 TETUA DAN 12 HASIL SILANGAN KEDELAI TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK Spodoptera litura (Fabricius)en_US
dc.titlePENGARUH MATERNAL 5 TETUA DAN 12 HASIL SILANGAN KEDELAI TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK Spodoptera litura (Fabricius)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record