Show simple item record

dc.contributor.authorMuhammad Zulkhifly
dc.date.accessioned2014-01-28T23:27:01Z
dc.date.available2014-01-28T23:27:01Z
dc.date.issued2014-01-28
dc.identifier.nimNIM080210382002
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/26738
dc.description.abstractLiberalisme Islam merupakan suatu pola pemikiran yang memahami doktrindoktrin agama Islam menggunakan akal pikiran yang bebas dan hanya menerima doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata. Tiga orang tokoh yang berperan besar dalam mempelopori gerakan Liberalisme Islam di Indonesia adalah Nurcholish Madjid, Mukti Ali dan Harun Nasution. Perkembangan liberalisme Islam di Indonesia dibagi menjadi dua periode dengan mengangkat tema-tema yang berbeda pada setiap periode. Beberapa aspek dalam liberalisasi Islam, adalah aspek aqidah, syariat, dan tafsir. Tujuan penelitian untuk mengetahui latar belakang munculnya, perkembangan, dan tanggapan pihak yang menentang liberalisme Islam di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yaitu 1) heuristik; 2) kritik; 3) Interpretasi; 4) historiografi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi Islam yang dikemukakan oleh Bryan S. Turner. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa liberalisme Islam merupakan pengalaman modernisasi dengan kemudahan gerak sosial dan geografik menciptakan tipe pribadi baru, pribadi yang mudah bergerak, yang dapat menata kembali identitasnya sesuai tantangan situasi-situasi baru dalam sebuah dunia yang berubahubah dengan cepatnya. Pribadi semacam ini tidak terikat oleh tradisi dan tidak merasa bersalah menerima pikiran-pikiran, loyalitas-loyalitas, dan kesibukan-kesibukan baru. Khususnya dalam memandang agama yakni menempatkan agama ke dalam proses dinamika sejarah, yang berarti tidak ada satu agama yang selamat dari perubahan sejarah, semua agama harus tunduk pada perubahan sejarah atau dinamika sejarah. Karena sekarang dunia dikuasai oleh peradaban Barat yang berpaham sekular dan liberal, maka secara otomatis seluruh agama dipaksakan mengikuti nilai-nilai Barat, meskipun nilai-nilai tersebut tidak sesuai dengan pandangan agama. Dengan berpandangan liberal terhadap agama, maka agama harus menyesuaikan bukan pandangan/nilai-nilai modern dari Barat yang harus menyesuaikan dengan agama. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Liberalisme Islam terjadi karena adanya penyamaan konsep agama Islam dengan konsep agama di Barat (Kristen) yang merupakan simbol kemajuan. Perubahan orientasi pendidikan studi Islam dari perguruan tinggi Timur Tengah ke perguruan tinggi Barat merupakan salah satu faktor penting munculnya liberalisme Islam di Indonesia, yakni pengaruh dari pemikiran liberal terhadap agama di Barat melalui pengiriman intelektual-intelektual muslim Indonesia yang melanjutkan studi Islam di Barat. Perkembangan liberalisme Islam di Indonesia sangat berhubungan dengan kondisi sosial-politik pemerintahan Orde Baru, khususnya kebijakan Menteri Agama Mukti Ali yang mengirimkan dosen-dosen IAIN dan karyawan Departemen Agama untuk meneruskan pendidikan studi Islam ke Barat dan juga peran Harun Nasution sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang melakukan perubahan kurikulum di perguruan tinggi tersebut. Perubahan konsep agama Islam dan metodologi pengkajian Al-Qur’an di perguruan tinggi Islam, menimbulkan respon yang luas di kalangan umat Islam. Reaksi-reaksi muncul dalam bentuk diskusi, ceramah/khutbah di masjid dan artikel di media massa.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080210382002;
dc.subjectLiberalisme Islam di Indonesiaen_US
dc.titleLIBERALISME ISLAM DI INDONESIA, SUATU TINJAUAN HISTORIS TAHUN 1970-2005en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record