Show simple item record

dc.contributor.authorMUHAMMAD FIRDAUS
dc.date.accessioned2014-01-27T02:57:22Z
dc.date.available2014-01-27T02:57:22Z
dc.date.issued2014-01-27
dc.identifier.nimNIM051520201012
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/25006
dc.description.abstractKedelai adalah komoditas strategis ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai digunakan sebagai bahan pangan dan pakan ternak. Produksi kedelai nasional selama ini tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebagian kebutuhan itu dipenuhi dari impor. Oleh karena itu, peluang agribisnis kedelai cukup terbuka.. Keberhasilan agribisnis kedelai ditentukan oleh daya saing produk tersebut di tingkat domestik dan internasional. Daya saing dapat dilihat dari keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh suatu komoditas. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui perkembangan luas areal panen, produksi dan produktivitas kedelai di Jawa Timur, (2) mengetahui daya saing (keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif) kedelai di Jawa Timur, (3) mengkaji dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing kedelai di Jawa Timur, dan (4) mengetahui pengaruh perubahan input terhadap daya saing kedelai di Jawa Timur. Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan Propinsi Jawa Timur adalah salah satu sentra produksi komoditas kedelai. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode Multi Stage Cluster Sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis trend dan matrik kebijakan (Policy Analysis Matrix - PAM). Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) perkembangan luas areal panen dan produksi kedelai mengalami penurunan, sedangkan perkembangan produktivitas mengalami peningkatan setiap tahunnya. (2) usahatani kedelai, baik yang ada di Jember maupun Banyuwangi secara privat efisien. Sedangkan secara sosial, usahatani kedelai di Jember efisien, tetapi usahatani kedelai di Banyuwangi tidak efisien. (3) usahatani kedelai di Jember masih memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, sedangkan usahatani kedelai di Banyuwangi tidak memiliki keunggulan komparatif, tetapi memiliki keunggulan kompetitif. (4) kebijakan pemerintah memberikan dampak positif pada usahatani kedelai baik dari segi output maupun input tradable. (5) penurunan harga input tradable meningkatkan keunggulan kompetitif, sedangkan kenaikan harga input tradable mengakibatkan penurunan keunggulan kompetitif. Batas maksimum kenaikan input tradable yang dapat ditoleransi adalah kurang dari 102,21 % untuk usahatani kedelai di Jember dan kurang dari 13,85% untuk usahatani kedelai di Banyuwangi. (6) penurunan harga output mengakibatkan penurunan keunggulan kompetitif dari usahatani kedelai. Batas maksimum penurunan harga output yang dapat ditoleransi adalah kurang dari 11,13% untuk usahatani kedelai di Jember dan kurang dari 1,5% untuk usahatani kedelai di Banyuwangi. (7) penurunan produksi kedelai mengakibatkan penurunan keunggulan kompetitif dari usahatani kedelai. Batas maksimum penurunan produksi kedelai yang dapat ditoleransi adalah kurang dari 11,13% untuk usahatani kedelai di Jember dan kurang dari 3% untuk usahatani kedelai di Banyuwangi.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries051520201012;
dc.subjectDAYA SAING KEDELAIen_US
dc.titleANALISIS DAYA SAING KEDELAI DI JAWA TIMURen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record