Show simple item record

dc.contributor.authorDiah Widhiastuti
dc.date.accessioned2013-12-02T03:20:15Z
dc.date.available2013-12-02T03:20:15Z
dc.date.issued2013-12-02
dc.identifier.nimNIM041610101003
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2141
dc.description.abstractGangguan STM merupakan keadaan klinis yang melibatkan otot mastikatori atau STM dan struktur-struktur yang berkaitan. Keadaan klinis ini berkarakteristik dengan nyeri di daerah preauricular, STM atau otot mastikasi, penyimpangan jarak gerakan mandibula dan bunyi STM (clicking, popping, dan crepitus) selama fungsi mandibular. Gangguan STM pada wanita juga dimungkinkan berhubungan dengan usia. Pola serangan nyeri ini sebagian besar setelah pubertas, dan prevalensinya turun pada wanita dalam usia postmenopause dibandingkan usia reproduksi. Diperkirakan bahwa hormon reproduksi mungkin juga berperan dalam gangguan STM. Ditemukan Salah satu cara pemeriksaan gangguan STM berdasarkan bunyi adalah dengan auskultasi. Auskultasi pada sendi memungkinkan penentuan sifat dan waktu timbulnya bunyi abnormal secara lebih tepat. Pemeriksaan auskultasi dapat menggunakan stetoskop yang dimodifikasi yaitu bagian kepala stetoskop diganti dengan saliva ejector tip. Penggunaan instrumen ini dengan cara memasukkan “sound scope” dalam external auditory meatus penderita. Satu hal yang menjadi pertimbangan adalah auditory canal lebih sensitif daripada permukaan kulit apabila pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan stetoskop biasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin dan umur terhadap gangguan STM pada penderita di Klinik Prostodonsia RSGM Universitas Jember. Penelitian ini dilakukan di klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Jember pada bulan Juni – Juli 2008. Besar sampel penelitian ini sebanyak 120 orang kelompok penelitian yang terbagi dalam 2 kelompok jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan kelompok umur 10-19 tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun dan 60-69 tahun dengan masing-masing 10 orang. Pemeriksaan secara auskultasi untuk mengetahui ada tidaknya dan jenis suara sendi dengan menggunakan stetoskop yang dimodifikasi pada kepala stetoskop, diganti dengan saliva ejector tip. Kemudian “sound scope” dimasukkan pada External Auditory Meatus (EAM) penderita. Pada setiap gerakan mandibula dilakukan pemeriksaan auskultasi untuk mendapatkan kondisi suara sendi yang terbagi dalam 3 kondisi yaitu kondisi sendi baik : tidak bersuara kondisi, clicking/popping : bunyi klik, dan kondisi crepitus : bunyi kemeretak. Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kemudian ditabulasi berdasarkan kelompoknya dan dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan dari dua kelompok data. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tentang pemeriksaan gangguan sendi Temporomandibular (STM) pada penderita di klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember secara auskultasi adalah jenis kelamin berpengaruh terhadap gangguan STM pada penderita di klinik Prostodonsia RSGM Universitas Jember. Gangguan STM pada kelompok jenis kelamin perempuan cenderung lebih tinggi dibanding pada jenis kelamin laki-laki. Umur berpengaruh terhadap gangguan STM (hanya pada jenis kelamin perempuan). Terjadi peningkatan gangguan STM pada masa usia reproduktif (20-29 tahun dan 30-39 tahun) dan menurun pada usia menopause.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries041610101003;
dc.subjectSendi Tempromandibular (STM), Auskultasi, Prostodonsiaen_US
dc.titleANALISIS GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR (STM) SECARA AUSKULTASI PADA PENDERITA DI KLINIK PROSTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record