Show simple item record

dc.contributor.authorKartika Tya Rachmani
dc.date.accessioned2013-12-27T00:53:51Z
dc.date.available2013-12-27T00:53:51Z
dc.date.issued2013-12-27
dc.identifier.nimNIM102010101059
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/13026
dc.description.abstractrogram Internsip Dokter Indonesia (PIDI) adalah program magang bagi dokter baru dengan tujuan menyelaraskan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan dengan praktik di lapangan (Sedyaningsih, 2009). Program ini muncul dari hasil studi orientasi proyek Health Worksforce and Service (HWS) yang dijalankan oleh Dikti pada Inggris, Belanda, Australia, dan Singapura yang mewajibkan internsip bagi lulusan dokter yang semasa pendidikannya menggunakan strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Program ini dipelopori oleh dokter lulusan Universitas Andalas sejak tahun 2010 dan saat ini sudah diikuti oleh hampir seluruh Fakultas Kedokteran di Indonesia (Depkes, 2009). Fakultas Kedokteran Universitas Jember mengawali keikutsertaannya pada tahun 2012. Mengacu pada hasil survey pelaksanaan internsip yang dilakukan oleh Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) pada berbagai Fakultas Kedokteran di Indonesia pada tahun 2013, 43% responden mendukung, 14% responden tidak mendukung, dan 43% responden mendukung dengan perbaikan program. Beberapa responden tidak mendukung program ini karena distribusi dokter internsip tidak merata, anggapan bahwa dokter internsip masih co-ass, supervisi dokter pendamping yang kurang tepat, dan tunjangan hidup yang minimal. Hal ini dapat menyebabkan kinerja dokter internsip kurang optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Hal ini didukung dari hasil survey yang dilakukan peneliti pada salah satu dokter pendamping di Puskesmas Srengat, Kabupaten Kediri, pada bulan Juni 2013, bahwa proporsi kinerja dokter internsip cukup bervariasi, yaitu sangat baik, baik dan buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja dokter internsip lulusan Universitas Jember, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya dan mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner HPEQ Project yang telah dimodifikasi oleh Rachmani (2013) pada 52 dokter internsip dan 6 dokter pendamping di Puskesmas di kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Probolinggo, Pamekasan, dan Kediri. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional dan menggunakan tehnik pengambilan sampel berupa consecutive sampling. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95%. Selanjutnya, faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi kinerja dokter internsip dianalisis dengan analisis multivariat regresi logistik. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa waktu kelulusan, persepsi tunjangan hidup, penerimaan internsip, adaptasi, jumlah dan jenis kasus, upaya kesehatan masyarakat, peran dokter pendamping, kedisiplinan, komunikasi, dan pilihan tindakan berpengaruh terhadap kinerja dokter internsip lulusan Universitas Jember. Hasil tersebut dapat diketahui dari nilai p < 0,05. Setelah dilakukan analisis multivariat, variabel yang bermakna terhadap kinerja dokter internsip hanya peran dokter pendamping dan waktu kelulusan. Selain itu, hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa nilai koefisien dan Rasio Odds peran dokter pendamping mempunyai angka yang paling besar, yaitu 2,524 dan 12,843. Artinya, faktor yang paling mempengaruhi kinerja dokter internsip yaitu peran dokter pendamping.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries102010101059;
dc.subjectKinerja Dokter Internsipen_US
dc.titleFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA DOKTER INTERNSIP (STUDI PADA DOKTER INTERNSIP LULUSAN UNIVERSITAS JEMBER DAN DOKTER PENDAMPING DI PUSKESMAS)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record