Show simple item record

dc.contributor.authorEmi Sulistiyowati
dc.date.accessioned2013-12-26T17:45:03Z
dc.date.available2013-12-26T17:45:03Z
dc.date.issued2013-12-26
dc.identifier.nimNIM080210301017
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/12999
dc.description.abstractBerdirinya usaha modern dan usaha tradisional yang semakin pesat dapat mengakibatkan adanya persaingan yang ketat. Pedagang modern sering kita jumpai di kota-kota besar, tetapi saat ini juga telah masuk di desa kecil seperti desa Mojolebak. Pedagang tradisional tetap ramai dikunjungi oleh calon pembeli, meskipun telah ada pedagang modern tetapi tidak mengurungkan niat pembeli untuk berbelanja di pedagang tradisional. Keinginan pembeli untuk tetap berbelanja di pasar tradisional membuktikan bahwa meskipun pedagang modern telah masuk ke desa tetapi respons masyarakat masih tetap positif terhadap pedagang tradisional. Pedagang tradisional masih dapat tetap eksis dengan melakukan beberapa cara yang khas yang tidak dilakukan oleh pedagang modern. Pedagang tradisional dapat memberikan keringanan dalam hal pembayaran dengan cara mengangsur, proses barter, dapat berbelanja dalam jumlah kecil, masih dilakukan proses tawar menawar, kepercayaan yang diberikan pedagang kepada setiap konsumen, lebih mengutamakan nilai kekeluargaan, bersikap jujur dan ramah, setiap tahunnya konsumen diberikan hadiah dari pedagang, dan lain-lain. Agar pedagang tradisional bisa tetap eksis ditengah maraknya pasar modern, maka perlu mengetahui strategi pemasaran yang lebih tepat untuk digunakan oleh pedagang tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh pedagang eceran yang masih bersifat tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap pedagang tradisional mempunyai cara sendiri-sendiri untuk dapat mempertahankan usahanya. Masingmasing pedagang tradisional cenderung mendirikan toko di depan rumah, karena dapat mempermudah mendapatkan calon pembeli dan juga mempermudah melakukan proses transaksi. Waktu dibukanya kedua toko juga beragam, bu. Lastri membuka tokonya mulai pukul 04.00 dini hari karena pada pagi hari bu.Lastri juga merangkap sebagai mlijo (berjualan sayur mayur dan ikan) di depan tokonya, lain dengan toko Anggun yang baru membuka tokonya pada pukul 08.00. Bu.Lastri dapat mempertahankan usahanya karena di tokonya dapat dilakukan proses barter, tawar menawar harga, melakukan promosi dengan cara “gethok tular”, bahkan menggunakan “orang pinter” untuk mendatangkan pembeli juga. Toko Anggun lebih mengutamakan keramahan dan kejujurannya kepada setiap pembeli, juga sering mengikuti pengajian dan organisasi untuk memperkenalkan barang-barang yang dijual di tokonya tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap pedagang mempunyai cara yang khas untuk dapat mempertahankan usahanya tersebut. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah pedagang tradisional seharusnya dapat meningkatkan pelayanan serta kelayakan tempat agar dapat bersaing dengan usaha sejenis, serta lebih meningkatkan rangsang atau komunikasi yang positif kepada setiap pelanggan agar hasil yang diperoleh juga positif yaitu dalam hal pembelian.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080210301017;
dc.subjectStrategi Pemasaran Pedagang Eceranen_US
dc.titleSTRATEGI PEMASARAN PEDAGANG ECERAN DI DESA MOJOLEBAK KABUPATEN MOJOKERTOen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record