Show simple item record

dc.contributor.advisorSUTEJO, Ika Rahmawati
dc.contributor.advisorWISUDANTI, Desie Dwi
dc.contributor.authorEVANI, ella Saphira
dc.date.accessioned2021-01-12T06:06:05Z
dc.date.available2021-01-12T06:06:05Z
dc.date.issued2020-03-20
dc.identifier.nim162010101044
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/103019
dc.description.abstractJenis penelitian ini adalah true experimental laboratories dengan rancangan posttest only control group design. Sampel yang digunakan adalah tikus galur wistar jantan berusia 3-4 bulan dengan berat 250-300 gram yang memiliki kulit yang normal. Tikus sebanyak 48 ekor terbagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol negatif (K-) diberi membran tanpa ekstrak edamame, kelompok kontrol positif (K+) diberi silver sulfadiazine, kelompok perlakuan P1 dan P2 diberi membran dengan konsentrasi ekstrak edamame 40% dan 60%. Pembuatan luka bakar derajat IIB dengan menempelkan besi aluminium seluas 2 x 2 cm yang telah dipanaskan dengan suhu 70˚C pada punggung tikus selama 5 detik. Setelah luka bakar terbentuk, maka dilakukan perawatan luka sesuai kelompok. Pada hari ke-4, 10, dan 16 tikus diterminasi dan diambil jaringan kulitnya untuk dianalisis kadar hidroksiprolinnya. Kadar hidroksiprolin diukur serapannya pada panjang gelombang 557 nm menggunakan spektrofotometer. Jumlah hidroksiprolin dalam sampel dihitung berdasar kurva standar hidroksiprolin. Pada penelitian ini didapatkan rerata kadar hidroksiprolin pada hari ke-4 pada K+; K-; P1; P2 berturut-turut dalam satuan µg/100 mg yaitu 5198; 2625; 6368; 7708. Pada hari ke-10 yakni 9681; 7320; 9858; 12213 dan pada hari ke-16 6575; 9125; 3660; 3288. Kadar hidroksiprolin kelompok K+, P1, dan P2 berhasil meningkat dari hari ke-4 sampai hari ke-10, kemudian kadar akan turun di hari ke16. Namun, kadar hidroksiprolin kelompok K- konsisten meningkat dari hari ke-4 sampai hari ke-16. Hal ini menunjukkan adanya perlambatan fase proliferasi sehingga kadar hidroksiprolin belum turun. Secara makroskopis, persentase penyusutan luas luka pada K+; K-; P1; P2 berturut-turut adalah 74,12%; 49,68%; 75,25%; 79,18%. P2 menghasilkan persentase penyusutan luas luka yang terbesar, sehingga P2 merupakan kelompok yang paling baik dalam penyembuhan luka. Berdasarkan hasil tersebut, membran edamame dapat menghasilkan penyembuhan luka yang baik dalam 16 hari dibandingkan dengan terapi menggunakan ekstrak edamame kasar yang memerlukan waktu penyembuhan lebih lama. Selain itu, membran edamame dapat memberikan kelembapan yang tahan lama sehingga tidak perlu diaplikasikan setiap hari, melainkan hanya tiga hari sekali. Hasil uji normalitas menunjukkan data terdistribusi normal (p > 0,05) dan homogen. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji anova dan didapatkan nilai p < 0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada awal fase proliferasi kadar hidroksiprolin akan meningkat sampai mencapai kadar tertinggi, lalu turun di akhir fase proliferasi. Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah perhitungan kadar hidroksiprolin sebaiknya dilakukan minimal lima kali, untuk membentuk grafik parabola yang sempurna sehingga dapat diketahui pada hari ke berapa kadar hidroksiprolin mulai turun. Penelitian mengenai evaluasi luka bakar sebaiknya dilakukan selama 21 hari untuk melihat penutupan luka dan adanya pembentukan scar. Selain itu, penelitian dengan membran sebaiknya dibandingkan dengan tulle yang mempunyai basis sediaan yang sama.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.subjectMembran Edamameen_US
dc.subjectKadar Hidroksiprolin Serialen_US
dc.subjectPenyembuhan Luka Bakaren_US
dc.titleEfektivitas Membran Edamame terhadap Kadar Hidroksiprolin Serial dalam Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIBen_US
dc.identifier.prodiKedokteran
dc.identifier.kodeprodi2010101


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record